Integrasi Pekerja Kehutanan dengan Kebutuhan Industri Terus Ditingkatkan
Kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang di bidang kehutanan memasuki babak baru.
Penulis:
Dennis Destryawan
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Integrasi pekerja kehutanan dengan kebutuhan industri terus ditingkatkan. Di antaranya, dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam negeri.
Kerja sama strategis antara Indonesia dan Jepang di bidang kehutanan memasuki babak baru.
Kepala Program Studi Kehutanan UMM, Galit Prakos mengatakan, lima belas mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) direncanakan bergabung dalam program intensif di Jepang.
Baca juga: Makin Diperhitungkan, Indonesia Dipercaya Pasok SDM Perawat ke Empat Negara Eropa
"Dalam kerangka Center For Future Work, UMM berkomitmen menghadirkan program pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan industri," ujarnya, Rabu (11/6/2025).
Nantinya, lanjut dia, para mahasiswa S1 Program Studi Kehutanan akan menyelesaikan program studinya melalui program kehutanan Jepang bersama Nosuta.
Para mahasiswa tersebut akan menjalani pelatihan intensif selama tiga bulan di fasilitas Kyushu Bark Transport Co., Ltd. di Kota Soeda.
Mereka akan menerima pelatihan komprehensif terkait sertifikasi kompetensi kehutanan Jepang sebelum mengikuti Ujian Keterampilan Spesifik Kehutanan (SSW).
Ujian tersebut merupakan syarat utama untuk mendapatkan visa Pekerja Berketerampilan Spesifik (SSW) di bidang kehutanan di Jepang.
Inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap diterbitkannya kategori visa baru, yaitu visa Pekerja Berketerampilan Spesifik bidang Kehutanan (SSW Kehutanan) yang dirancang untuk mengatasi masalah berkurangnya tenaga kerja di sektor kehutanan Jepang.
Berdasarkan data terakhir tahun 2020, rata-rata usia pekerja kehutanan Jepang adalah 52 tahun. Saat ini tersedia kuota hingga 1.000 pekerja kehutanan dan 5.000 pekerja industri kayu hingga tahun 2029.
Di Indonesia sendiri, setiap tahunnya terdapat sekitar 9.000 lulusan dari bidang kehutanan dan ilmu terkait. Dengan kata lain, ini adalah peluang besar bagi generasi muda Indonesia untuk berkontribusi secara global.
Presiden Direktur Kyushu Bark Transport Co., Ltd., Hayashi Koichi, menekankan pentingnya kolaborasi ini demi keselamatan kerja dan keberlanjutan industri.
"Pekerjaan kehutanan memiliki risiko tinggi. Kami percaya kerja sama dengan Nosuta yang memahami industri kehutanan serta dukungan dari program studi kehutanan UMM mampu meminimalisasi risiko," katanya.
Wali Kota Soeda, Akio Teranishi, mengatakan, kota tersebut tadinya memiliki industri kehutanan yang besar dengan sekolah kehutanan sendiri yang tutup karena penurunan populasi.
"Program ini bisa menjadi titik balik bagi kejayaan industri kehutanan Soeda sekaligus menjadi model revitalisasi kawasan pedesaan di Jepang," ujarnya.
Hari Perhubungan Nasional 2025, INSA Ajak Masyarakat Kawal Asas Cabotage |
![]() |
---|
INDEF Berharap Menkeu Purbaya Yudhi Berani Laporkan Kondisi Riil Ekonomi ke Presiden Prabowo |
![]() |
---|
Limbah Sawit Jadi Sumber Energi Berkelanjutan untuk Industri Otomotif |
![]() |
---|
Konsisten Terapkan Manajemen Risiko yang Prudent, Tugure Sabet Penghargaan |
![]() |
---|
Menteri Ekraf: AI Jadi Kolaborator Baru di Industri Kreatif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.