Senin, 29 September 2025

Haidar Alwi Sebut Indonesia Masih Setia kepada Peran Lama Sebagai Eksportir Bahan Mentah

Haidar menyarankan Indonesia harus meniru negara Turki mewajibkan perusahaan asing membangun pabrik R&D jika ingin mengeksplorasi lithium.

Penulis: Erik S
Istimewa
EKSPOR BAHAN MENTAH - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi. Ia mengatakan Indonesia bagaikan sebuah toko kelontong global yang masih berkutat di zona nyaman.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi mengatakan Indonesia bagaikan sebuah toko kelontong global yang masih berkutat di zona nyaman. 

Haidar Alwi mengandaikan Indonesia suatu negeri Zamrud yang mempunyai berlian sebesar kepalan tangan, namun menjualnya ke tetangga seharga batu kali. 

Kemudian, kata Haidar Alwi, tetangga tersebut mengolahnya menjadi kalung mewah dan menjualnya kembali dengan harga 1.000 kali lipat. 

"Welcome to Indonesia. Negeri yang dianugerahi kekayaan alam melimpah ini masih setia pada peran lamanya: eksportir bahan mentah kelas kakap, sambil memborong produk jadi dari negara lain dengan bangga," kata Haidar Alwi, Kamis (29/5/2025).

Baca juga: RI Setop Ekspor Bahan Mentah, Jokowi: Banyak Negara Berusaha Menggagalkan, Tapi Kita Tidak Goyah

Haidar menuturkan, negara-negara mitra dagang dengan senang hati memainkan peran mereka, seperti China yang dijuluki si pembeli yang baik hati. 

China katanya sahabat karib Indonesia yang selalu siap menampung batubara dan nikel mentah Indonesia.

Nikel di Morowali yang dikuasi China, nyatanya Indonesia hanya mendapat 5 persen dari nilai tambah rantai baterai global, sementara China menguasai 77 persen pasar baterai EV dunia.

"Kita seperti pedagang pasar yang ramah, tetapi diam-diam menyimpan kalkulator di balik senyumnya. Di Morowali, mereka membangun smelter nikel terbesar di dunia, tapi teknologi pengolahan baterai litium tetap dirahasiakan seperti resep mi ayam," ucapnya.

"Satirnya, Indonesia pemilik tambang, China arsitek yang membangun rumah megah di atas tanah kita, dan kita cuma melongok dari luar pagar," tuturnya.

Belum lagi katanya Jepang dan Korea Selatan yang dijuluki mitra dengan "Tangan Terkunci". 

Jepang dan Korea Selatan paham betul seni memberi tapi tak memberi. 

Mereka berinvestasi di pabrik baterai EV, tapi mesin pencampur bahan kimia kunci tetap diimpor dari Osaka dan Seoul.

"Alhasil, kita jadi buruh murah di pabrik sendiri. Satirnya, Indonesia seperti murid yang diberi kalkulator, tapi tak diajari rumus matematika," ujar Haidar.

Selanjutnya kata Haidar, Singapura, negara kscil yang menjadi makelar global. 

Dari data, mereka tak mempunyai tambang, tapi menguasai 30 persen perdagangan batubara Asia via pelabuhan mereka.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan