Harga Saham FITT Melonjak 24,76 Persen, Manajemen Bantah karena Aksi Korporasi
FITT menegaskan lonjakan harga saham dalam beberapa hari terakhir murni dinamika pasar bukan karena intervensi atau aksi korporasi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten perhotelan PT Hotel Fitra International Tbk (BEI: FITT) membantah lonjakan harga sahamnya yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di lantai bursa karena ada intervensi atau aksi korporasi tertentu.
Direktur Utama FITT Joni Rizal dalam Public Expose Insidentil yang digelar secara virtual Rabu (21/5/2025) mengatakan, lonjakan harga saham tersebut murni karena dinamika pasar.
Ia menjelaskan, lonjakan signifikan pada saham FITT mulai terjadi sejak 14 Mei 2025. Saat itu, saham FITT ditutup di level Rp210 dengan volume transaksi mencapai 9,62 juta saham.
Sehari berselang, harga naik 24,76 persen ke Rp262, disertai lonjakan volume menjadi 15,82 juta saham.
“Saya tegaskan bahwa lonjakan harga saham ini murni dinamika pasar. Tidak ada informasi material, intervensi, atau aksi korporasi yang menjadi pemicu,” ujar Joni.
Menanggapi volatilitas tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan sementara perdagangan saham FITT pada 16 Mei 2025 untuk cooling down, sebagaimana tercantum dalam Pengumuman BEI Nomor: Peng-SPT00079/BEI.WAS/05-2025.
Struktur Kepemilikan Stabil
Manajemen FITT menyatakan, hingga saat ini tidak terdapat perubahan dalam struktur pemegang saham pengendali sejak IPO.
Berdasarkan data terbaru, PT Gloria Inti Nusantara masih menjadi pemegang saham utama sebesar 23 persen, diikuti Hendra Sutanto 18,94 persen dan publik 58,06 persen.
Dari sisi kinerja, FITT masih menghadapi tantangan di sektor perhotelan. Pada kuartal I-2025, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp1,91 miliar—turun 52,95 persen dari Rp4,06 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Rugi bersih juga meningkat menjadi Rp2,69 miliar, dibandingkan Rp2,45 miliar di kuartal I-2024.
Direktur Keuangan FITT, Sukino, menyampaikan bahwa aset perseroan per akhir Maret 2025 turun menjadi Rp100,25 miliar dari posisi Desember 2024 sebesar Rp102,33 miliar.
Baca juga: Emiten INET Bidik Pendapatan Rp474 Miliar dari Kontrak Kabel Bawah Laut
Ekuitas juga menurun menjadi Rp74,84 miliar. Meski demikian, struktur permodalan dinilai tetap sehat, dengan debt to equity ratio (DER) di level konservatif 0,34 kali dan current ratio sebesar 2,81 kali.
“Kami menyadari masih terdapat tantangan dalam hal pendapatan, namun manajemen berkomitmen menjalankan strategi pemulihan dan ekspansi yang terukur,” ujar Sukino.
Diversifikasi Lewat Kertajati Umrah Park
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, FITT kini tengah membangun proyek unggulan Kertajati Umrah Park melalui anak usaha PT Fitra Amanah Wisata.
Kawasan terpadu di atas lahan seluas 4 hektare ini akan menggabungkan fasilitas wisata religi, hotel, serta pusat edukasi perjalanan ibadah.
Baca juga: Laju IHSG Awal Pekan Dibayangi Sentiman Ekonomi China, Analis Sodorkan Saham Ini
Harga Saham Chengdu Melonjak 40 Persen Hitungan Hari, Berkat J-10C Buatan China Dipakai Pakistan |
![]() |
---|
Soal Tarif Impor Trump, Pasar Saham Indonesia Dinilai Masih Lebih Baik dari Sejumlah Negara |
![]() |
---|
Prabowo Sebut Harga Saham Turun Tak Masalah Asalkan Harga Pangan Aman |
![]() |
---|
Ekonomi Indonesia Masih Tangguh Meski IHSG Sempat Anjlok, Optimisme Tetap Terjaga |
![]() |
---|
Media Asing Sorot IHSG Anjlok, Perdagangan Saham di Indonesia Sempat Dibekukan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.