Rabu, 1 Oktober 2025

Sejarah, Kenangan, dan Kesegaran dalam Semangkuk Es Dawet Bu Dermi

Es Dawet Bu Dermi kuliner asli sejak zaman kolonial bertahan dengan digitalisasi di pasar tradisional Pasar Gede Kota Solo

Tribunnews.com/Chrysnha
ES ZAMAN KOLONIAL - Lapak Es Dawet Bu Dermi di Pasar Gede Solo, Sabtu (29/3/2025). Es Dawet Bu Dermi kuliner asli sejak zaman kolonial bertahan dengan digitalisasi di pasar tradisional Pasar Gede Kota Solo 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha

TRIBUNNEWS.COM - Di tengah riuh Pasar Gede Hardjonagoro Solo, ada satu sudut yang tak pernah sepi dari antrean. 

Orang-orang berjejer rapi, wajah mereka berbinar menanti semangkuk kesegaran yang sudah melegenda bernama Es Dawet Bu Dermi.

Pasar Gede sendiri adalah salah satu ikon Solo, sebuah pasar tradisional yang tidak hanya menjadi pusat jual beli kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menyimpan jejak sejarah yang kuat.

Bangunannya yang masih mempertahankan gaya kolonial dengan pilar-pilar kokoh dan atap tinggi menjadi saksi bisu perjalanan waktu.

Aroma rempah, wangi bunga dagangan, dan sahut menyahut suara pedagang berpadu menjadi harmoni khas pasar tradisional.

Hiruk-pikuk pembeli, suara celoteh ibu-ibu yang menawar harga, serta derai tawa anak-anak kecil yang menemani orang tuanya, menjadikan suasana pasar ini begitu hidup.

Dari suasana yang tergambar, lapak Es Dawet Bu Dermi menjadi oasis bagi para pengunjung.

Saat matahari mulai naik dan panas mulai menyengat, banyak orang yang memilih berhenti sejenak untuk menyeruput kesegaran es dawet yang sudah dikenal turun-temurun ini.

Antrean pelanggan mengular, menunggu giliran untuk menikmati semangkuk es dawet yang konon memiliki cita rasa yang tak tergantikan.

Bagi warga Solo, es dawet Bu Dermi bukan sekadar kuliner, tapi nostalgia. Seperti yang dirasakan Evi Nuryanti (60), yang sejak kecil hingga kini tetap setia menikmati kelezatannya.

"Sejak kecil saya sudah terbiasa datang ke sini. Rasa es dawetnya tak pernah berubah, tetap otentik seperti dulu. Bahkan sekarang ada tambahan durian, makin nikmat!" ujar Evi ketika berbincang pada Sabtu (29/3/2025).

Tak hanya Evi, banyak pelanggan yang datang dari berbagai kota, hanya untuk merasakan kembali manisnya cendol hijau yang berpadu dengan gurihnya jenang sumsum, serta kesegaran selasih dan ketan hitam.

Kini, dengan tambahan tape ketan dan durian, es dawet Bu Dermi semakin menggoda selera.

Adapun setiap harinya, tak kurang dari 250 mangkuk es dawet terjual.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved