Kebijakan Tarif Agresif Donald Trump Bikin Bursa Saham Amerika Anjlok
Penurunan saham AS telah terpantau sejak awal pekan kemarin, namun pada awal perdagangan pagi ini indeks S&P 500 melanjutkan penurunan.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Mayoritas saham Amerika Serikat (AS) di bursa Wall Street terkoreksi, anjlok ke level terendah selama beberapa hari terakhir imbas terpengaruh kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump.
Penurunan saham AS telah terpantau sejak awal pekan kemarin, namun pada awal perdagangan pagi ini indeks S&P 500 melanjutkan penurunan hingga amblas 6,4 persen dari rekor tertingginya, menghapus keuntungan senilai lebih dari 3 triliun dolar AS dalam waktu dua minggu.
Menyusul penurunan S&P 500, rata-rata Industri Dow Jones (DJI) dilaporkan turun 670,25 poin, atau 1,55 persen menjadi 42.520,99, sementara Nasdaq Composite (.IXIC), kehilangan 65,03 poin atau 0,35 persen menjadi 18.285,16
Saham-saham unggulan dalam reli dua tahun terakhir juga ikut terdampak, dengan Nvidia turun 25 persen dari rekor tertinggi pada Januari disusul Tesla ambruk 45 persen dari puncaknya akhir 2024.
Baca juga: Perang Dagang Dimulai, China Dongkrak Tarif Impor Produk Pangan AS untuk Balas Kebijakan Trump
Selain Nvidia, perusahaan kecerdasan buatan yang dulu populer seperti Broadcom dan Super Mikro Computer juga anjlok.
Citigroup (Cina), dan JPMorgan Chase & Co (JPM.N), terkerek turun, masing-masing 6,2 persen dan 4 persen menyebabkan indeks bank-bank besar (.SPXBK), anjlok lebih rendah sebesar 4,7 persen.
Lebih lanjut Produsen mobil Ford (FN) dan General Motors (GM.N) yang memiliki rantai pasokan yang luas di seluruh Amerika Utara, turun masing-masing 2,9 persen dan 4,6 persen. Indeks Russell 2000 yang berfokus pada pasar domestik (.RUT) terjatuh 1 persen.
Imbas penurunan ini, indeks pasar luas secara keseluruhan turun 1,76 persen hingga ditutup pada level 5.849,72, Menyebabkan kinerja tahun ini mengalami kerugian sekitar 0,5 persen di perdagangan Rabu (5/3/2025).
“Tak ada yang mengira tarif ini benar-benar akan diterapkan. Ini meningkatkan risiko efek domino negatif bagi ekonomi,” kata Dennis Debusschere dari 22V Research.
Adapun penurunan saham Wall street terjadi imbas kebijakan tarif impor untuk produk Kanada dan Meksiko diberlakukan pada tanggal 4 Februari kemarin juga bea masuk dua kali lipat atas barang-barang China.
Kebijakan tarif yang dikenakan pada barang-barang impor, terutama dari negara-negara besar seperti China, menyebabkan ketegangan perdagangan internasional.
Para investor khawatir bahwa tarif ini bisa memicu perang dagang yang lebih luas, di mana negara-negara lain membalas dengan mengenakan tarif mereka sendiri. Ini dapat mengganggu rantai pasokan global dan menambah ketidakpastian ekonomi.
Ketika ketidakpastian meningkat, investor cenderung menjual saham mereka, yang menyebabkan penurunan harga di pasar saham.
"Valuasi ekuitas telah sangat tinggi dan ada tanda-tanda peringatan di mana-mana mengingat adanya upaya untuk memangkas pengeluaran pemerintah. Sekarang, selain itu, kita juga memiliki semua retorika seputar tarif," kata Kepala Investasi di IDX Insights di Tampa, Florida, Ben McMillan dikutip dari Reuters, Rabu (5/3).
Israel Gempur Gaza dan Perluas Serangan ke Tepi Barat, Serangan sejak Fajar Telah Tewaskan 36 Orang |
![]() |
---|
Trump Umumkan Serangan Ketiga AS ke Kapal Narkoba di Karibia, 3 Orang Tewas |
![]() |
---|
Trump Berencana Jual Senjata Rp106 Triliun ke Israel, Apa Saja Isinya? |
![]() |
---|
Diplomasi Maraton Prabowo: Dari Jepang ke PBB, Lanjut Kanada dan Belanda |
![]() |
---|
Trump Bungkam Kebebasan Bersuara, Ancam Cabut Izin Media AS, Era Diktator Dimulai? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.