Kamis, 2 Oktober 2025

Lokal Asri

Dari Alam, Jadi Cuan! Ecoprint, Peluang Bisnis Berkelanjutan yang Bikin Bumi Lebih Asri

Seperti cerita inspiratif yang datang dari Asep Rohman, pemilik jenama fesyen Boolao yang menggunakan teknik ecoprint, asal Bandung, Jawa Barat.

Penulis: Content Writer
Dok.Ist
Workshop Ecoprint di Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (17/2/2019). 

TRIBUNNEWS.COM - Isu keberlanjutan atau sustainability semakin menjadi sorotan, terutama di dunia bisnis. Perubahan iklim yang terus terjadi, membuat praktik bisnis yang ramah lingkungan bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Ada banyak peluang bisnis berkelanjutan yang bisa dikembangkan, salah satunya adalah bisnis ecoprint.

Secara umum, ecoprint sendiri didefinisikan sebagai teknik cetak dengan menggunakan pewarnaan kain alami. Metode ini dianggap cukup sederhana karena tidak memerlukan bahan kimia sintetis dalam proses pewarnaannya. Meskipun begitu, hasil akhirnya tetap menarik karena motif yang dihasilkan bersifat unik dan otentik. 

Produk ecoprint memiliki pola khas berupa bentuk dan serat dedaunan yang biasanya digunakan dalam proses pencetakan. Warna yang muncul juga berasal langsung dari tumbuhan yang dipakai. Tak ayal, bila hal ini menjadikan setiap produk ecoprint unik dan bernilai estetis tinggi. 

Dari Alam, Jadi Cuan!

Bukan hanya daun, bahan-bahan alami lainnya juga sering dimanfaatkan dalam proses ecoprint, seperti bunga, batang, hingga ranting. Dengan pendekatan ramah lingkungan ini, ecoprint tidak hanya melestarikan alam tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, menjadikannya peluang bisnis yang menguntungkan.

Seperti cerita inspiratif yang datang dari Asep Rohman, pemilik jenama fesyen Boolao, asal Bandung, Jawa Barat. Bermula dari hobi, pria yang karib disapa Oman itu menjadikan ecoprint sebagai bisnis ramah lingkungan dan mendulang banyak cuan.

Baca juga: Singkong Cikarawang Jadi Bahan Baku Bioplastik Ramah Lingkungan, Produknya Sampai ke Jepang

Oman, awalnya bekerja di bidang pariwisata di luar negeri. Di sana, ia belajar tentang pentingnya mengurangi limbah dan mendaur ulang. Setelah kembali ke Indonesia, ia menyadari bahwa prinsip tersebut bisa diterapkan dalam dunia fesyen.

Dengan hobi di bidang fesyen, Oman pun mulai membangun usahanya yang diberi nama Boolao, yang berarti "biru" dalam bahasa Sunda. Warna biru menjadi ciri khas koleksi Boolao, terinspirasi dari laut dan langit. 

Pemilik usaha Boolao, Asep Rodman, saat ditemui di Trans Convention Center, Jalan Gatot Subroto, beberapa waktu lalu. Oman mengatakan, produknya berbasis ecoprint dimana dalam teknik pewarnaan kainnya menggunakan bahan alami dari alam sehingga lebih ramah lingkungan.
Pemilik usaha Boolao, Asep Rodman, saat ditemui di Trans Convention Center, Jalan Gatot Subroto, beberapa waktu lalu. Oman mengatakan, produknya berbasis ecoprint dimana dalam teknik pewarnaan kainnya menggunakan bahan alami dari alam sehingga lebih ramah lingkungan. (Tribunjabar.id)

Sebelum merintis bisnisnya, Oman belajar kain tradisional, seperti batik di Cirebon dan shibori di Yogyakarta. Sejak 2018, Boolao menghadirkan produk berbasis ecoprint, yaitu teknik pewarnaan kain dengan bahan alami dari alam, sehingga lebih ramah lingkungan. 

"Jadi untuk warnanya menggunakan bahan alami yang juga dicampur bahan lain sehingga nilai usia barangnya tetap bertahan lama," ucapnya.

Boolao menghadirkan kimono yang dapat digunakan bolak-balik, memberikan gaya kaku bagi penggunanya. Oman dan partner bisnisnya merancang setiap desain dengan matang agar produknya tidak hanya digunakan sekali atau dua kali. 

Untuk menjaga inovasi, Oman terus mengeksplorasi ide-ide baru agar tetap tertarik dengan produknya. Dengan adanya dukungan pemerintah melalui G20 dalam mendorong UMKM ramah lingkungan, ia semakin bersemangat mengedukasi pelanggan tentang pentingnya produk berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik.

Tips Membuat Ecoprint Biar Jadi Cuan!

Ecoprint juga dikenal sebagai eco-dyeing atau leaf printing. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, teknik ini memanfaatkan daun, bunga, dan bagian tanaman lainnya untuk mentransfer pigmen, bentuk, dan warna secara alami ke permukaan bahan kain.

Buat Tribunners, yang tertarik berbisnis ecoprint, yuk simak cara membuatnya berikut! Menukil dari laman Kompas, berikut tujuh dasar proses pembuatan ecoprint yang perlu kamu pahami.

1. Mengumpulkan Bahan Tanaman

Bahan yang digunakan sudah pasti berasal dari tanaman. Seperti daun, kelopak bunga, batang, atau bahkan kulit kayu. 

Bahan-bahan ini mudah ditemui di lingkungan sekitar, bukan? Kumpulkan semua bahan sebelum proses ecoprint berlangsung, usahakan untuk tidak memetik sembarangan, apalagi sampai merusak taman ataupun tanaman. 

2. Siapkan Kain atau Kertas

Sebelum dicetak, kain atau kertas biasanya direndam dalam udara atau larutan mordan, seperti tawas atau besi, yang berfungsi mengikat pewarna alami dari tumbuhan. 

Mordan atau zat pengikat warna ini bisa kamu beli dengan mudah melalui e-commerce, karena lebih terjangkau dan dapat dikirim dengan cepat.

Baca juga: 6 Jenama Fesyen Lokal yang Ramah Lingkungan, Bantu Jaga Bumi Tetap Asri

3. Susun Bahan Tanaman Mengikuti Pola

Bahan tanaman yang dipilih disusun dengan hati-hati di atas kain atau kertas sesuai pola yang diinginkan. Daun dapat ditata dalam formasi tertentu atau secara artistik untuk menciptakan desain yang unik. 

Jika kamu ingin tampilan yang lebih abstrak, bahan-bahan bisa disajikan secara acak dan membiarkan proses alami menentukan hasil akhirnya.

4. Bundling

Setelah tanaman disusun, kain atau kertas digulung atau dilipat dengan hati-hati hingga membentuk bundel. Bundel ini kemudian diikat dengan kuat agar bahan tetap berada pada posisinya selama proses pencetakan berlangsung. 

Teknik ini memastikan pigmen dari tanaman dapat berpindah secara optimal ke kain atau kertas. Hasil akhir dari ecoprint akan dipengaruhi oleh jenis tanaman, durasi proses, serta suhu yang digunakan.

5. Kukus atau Rebus Bundel

Bundel tersebut kemudian dipanaskan dengan cara dikukus atau direbus agar menjadi lembab. Proses ini membantu melepaskan pigmen alami dari tanaman, yang kemudian meresap ke dalam serat kain atau kertas. 

Lamanya waktu pemanasan akan mempengaruhi intensitas warna dan detail motif yang dihasilkan. Selain itu, jenis tanaman yang digunakan juga berkontribusi pada variasi warna alami yang muncul.

6. Proses Pendinginan dan Pembukaan 

Setelah proses pengukusan atau perebusan selesai, bundel dibiarkan mendingin terlebih dahulu agar warna dan pola dapat meresap dengan baik. Setelah dingin, buka bundel dengan hati-hati untuk melihat hasil cetakan alami yang terbentuk. 

Sisa bahan tanaman dapat disingkirkan, meninggalkan pola unik dan khas pada kain atau kertas. Hasil akhir ini mencerminkan karakter alami dari setiap daun dan bunga yang digunakan, membuat setiap cetakan ecoprint memiliki keunikan tersendiri.

7. Perbaiki Hasil Cetakan

Untuk memastikan warna tetap tahan lama dan tidak mudah luntur, beberapa seniman atau pelaku usaha menggunakan bahan fiksatif atau mordan, seperti cuka atau besi, untuk merekatkan pigmen ke kain atau kertas. Teknik ini membantu mempertahankan ketajaman warna dan detail pola yang dihasilkan.

Pencetakan ramah lingkungan atau ecoprint memungkinkan eksplorasi artistik yang luas, menghasilkan motif yang unik dengan pola alami yang rumit dan keindahan yang sering kali tak terduga. Selain memberikan ruang bagi kreativitas, metode ini juga selaras dengan prinsip keberlanjutan, menjadikannya pilihan ideal bagi kamu yang ingin berkarya sambil tetap peduli terhadap lingkungan.

#LokalAsri #ArahkanAksiAsrikanIndonesia #TribunNetwork #MataLokalMenjangkauIndonesia

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved