Sabtu, 4 Oktober 2025

Setelah RI Gabung BRICS, Pemerintah Perlu Maksimalkan Kemitraan dengan Afrika Selatan dan Brasil

BRICS adalah kelompok kerjasama ekonomi baru yang diinisiasi beberapa negara seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Endrapta Pramudiaz/Tribunnews.com
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudistira menilai Indonesia perlu memanfaatkan kemitraan dengan Afrika Selatan dan Brasil usai bergabung menjadi anggota penuh BRICS.

BRICS adalah kelompok kerjasama ekonomi baru yang diinisiasi beberapa negara seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Bhima mulanya memberi pandangan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS sebenarnya sudah terlambat. Seharusnya, RI bisa menjadi pendiri BRICS.

"Indonesia ini terlambat bergabung dengan BRICS. Kalau mau bergabung, seharusnya menjadi founder dari BRICS," katanya dalam konferensi pers Rapor 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran, Selasa (21/1/2025).

Menurut Bhima, dengan bergabungnya Indonesia saat ini ke BRICS, hanya akan mereplikasi kerja sama perdagangan yang sudah ada, salah satunya dengan China.

Terlebih, jika Indonesia berharap mendapat keuntungan dari Rusia, misalnya dalam hal pembelian minyak mentah dengan harga murah, ada risiko menghadapi sanksi dari negara-negara barat.

"Terutama sekarang eranya tidak hanya Amerika yang proteksionis, tapi juga negara-negara barat akan cenderung lebih proteksionis, terutama perang Ukraina juga masih menjadi salah satu isu," ujar Bhima.

Maka dari itu, Bhima melihat potensi besar yang bisa dimanfaatkan Indonesia melalui BRICS adalah kemitraan dengan Afrika Selatan (Afsel) dan Brasil.

Afsel dan Brasil adalah dua negara yang perlu dijalin kerja sama lebih lanjut.

Kerja sama di sini bukan dalam hal mengandalkan ekspor produk RI ke dua negara tersebut. Sebab, jika ini yang diandalkan, ada dua masalah yang dihadapi.

Pertama, barang yang dihasilkan Afsel dan Brasil identik atau merupakan kompetitor dari produk-produk Indonesia. Kedua, mahalnya biaya logistik untuk menyalurkan ke dua negara tersebut.

Baca juga: Dewan Ekonomi Nasional: Keuntungan Gabung BRICS Pasar Indonesia Lebih Besar

Dengan demikian, bersama Afsel, Indonesia disebut bisa memanfaatkan kerja sama pendanaan transisi energi.

Indonesia, sebagai negara yang juga menerima dana JETP (Just Energy Transition Partnership) seperti Afsel, dapat memperkuat posisi dalam kerja sama ini.

Selain itu, kedua negara ini juga merupakan penghasil mineral kritis. Afsel memproduksi mangan, Indonesia memproduksi nikel, bauksit, dan tembaga. Ini bisa menjadi peluang kerja sama antar dua negara.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved