Pertahankan Daya Saing, Perusahaan Perlu Jalankan 6 Strategi Ini di 2025
IT kini menjadi bagian penting bagi para pemimpin perusahaan modern untuk mendukung perkembangan bisnis .
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dinamika bisnis di Asia Tenggara kini semakin dinamis ditandai oleh persaingan pasar yang semakin kompetitif dan adopsi teknologi yang makin meluas.
Perusahaan perlu mengevaluasi ulang berbagai aspek strategi dalam menjalankan bisnis dan perlu mempertimbangkan pemanfaatan teknologi untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan secara keseluruhan.
Rajesh Ganesan, President ManageEngine, perusahaan penyedia solusi aplikasi dan keamanan siber asal India memprediksi, ekonomi digital di Asia Tenggara akan tetap tumbuh dua digit di tahun 2025.
Baca juga: Persaingan Amerika dan Tiongkok di Teknologi AI Makin Meruncing
“Aspek penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, antara lain meningkatkan penggunaan AI, menjadikan keamanan siber lebih demokratis, menerapkan model tata kelola terdistribusi untuk kepatuhan, merekayasa ulang pengalaman, merancang keberlanjutan, dan berfokus pada IT yang berorientasi pada hasil” ujar Rajesh dikutip Selasa, 14 Januari 2025.
Dia membagikan enam strategi utama yang harus diperhatikan perusahaan di Asia Tenggara agar tetap bisa memiliki daya saing:
1. Pengelolaan risiko keamanan siber di semua level
Menurut pwc, “Jumlah pelanggaran keamanan siber yang dialami oleh perusahaan di Asia Pasifik dalam tiga tahun terakhir meningkat secara signifikan.
Di 2023, sebanyak 35 persen perusahaan melaporkan mengalami kebocoran data dengan kerugian antara 1 hingga 20 juta USD dalam tiga tahun terakhir.
Prioritas utama bagi para penanggung jawab keamanan saat ini adalah pengelolaan risiko keamanan siber di semua level tenaga kerja.
Setiap individu dalam perusahaan ikut bertanggung jawab atas pertahanan siber.
Pengelolaan keamanan siber menjadi lebih proaktif, ketahanan siber makin meningkat, menghemat biaya, meningkatnya efisiensi, dan inovasi dalam praktik keamanan.
2. Tata kelola yang terdistribusi untuk kepatuhan
Perusahaan biasanya mempercayakan kepatuhan kepada tim pusat. Padahal sebenarnya tugas ini melekat pada setiap departemen dalam perusahaan.
Tim kepatuhan pusat bertanggung jawab melaksanakan manajemen program. Mereka harus paham perkembangan di industri dan memetakan kebutuhan yang muncul dari regulasi serta standar yang relevan.
Tim ini juga harus memberikan informasi kepada pimpinan tentang pembaruan terkini dan tantangan besar yang dihadapi.
Di sisi lain, pelaksanaan program kepatuhan harus bersifat menyeluruh untuk memberdayakan fungsi bisnis di semua level.
Difasilitasi ITB, 200 Peserta dari Berbagai Negara Ikuti Konferensi Internasional AI di Bandung |
![]() |
---|
Menperin Agus Gumiwang Sebut Transformasi Digital Jadi Katalis Peningkatan Kinerja Industri Nasional |
![]() |
---|
RI Tempati Peringkat 43 Digital Competitiveness Dunia, Menperin Agus Gumiwang: Saya Tidak Puas |
![]() |
---|
Menko Airlangga: Pemerintah Perlu Kebijakan Inklusif untuk AI |
![]() |
---|
Menteri Ekraf: AI Jadi Kolaborator Baru di Industri Kreatif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.