Jumat, 3 Oktober 2025

OCFI Dorong Peran Perempuan Lebih Luas dalam Penanganan Perubahan Iklim

Open Climate Change Financing in Indonesia (OCFI) mendorong partisipasi perempuan lebih luas dalam gerakan transisi energi Indonesia.

Penulis: Sanusi
Editor: Choirul Arifin
Berita Daerah
Panel sel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Kodingareng, Ujung Tanah, Makassar. Open Climate Change Financing in Indonesia (OCFI) mendorong partisipasi perempuan lebih luas dalam gerakan transisi energi Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM – Open Climate Change Financing in Indonesia (OCFI) mendorong partisipasi perempuan lebih luas dalam gerakan transisi energi Indonesia.

Membuka akses yang lebih besar bagi partisipasi perempuan dalam lapangan kerja hijau, berarti meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi lokal semakin berkembang.

“Penting untuk meningkatkan pelibatan masyarakat di semua level terutama kaum perempuan hingga pada pengambilan keputusan, mulai dari tahapan perencanaan hingga pelaksanaan program pembangunan rendah karbon. Perempuan harus diberi tempat istimewa mulai dari perumusan rencana aksi hingga pelaksanaan di lapangan,” ungkap peneliti senior OCFI Elisabeth Kusrini, Rabu 12 Juni 2024.

Elisabeth menjelaskan, dalam konteks pembangunan rendah karbon Gender Equality and Social Inclusion (GESI) merupakan alat yang digunakan untuk analisis kesenjangan antara lelaki dan perempuan, non-disabilitas dan disabilitas, serta kelompok inklusi lainnya.

Konsep GESI sering digunakan sebagai parameter untuk memastikan kebijakan dapat memberikan perhatian khusus pada kesetaraan gender dan pelibatan kelompok marginal termasuk penyandang disabilitas.

“Dalam konteks perubahan iklim, dampak yang terjadi akibat perubahan iklim akan terdistribusi secara berbeda-beda antar kawasan, generasi, kelompok usia, kelompok pendapatan termasuk gender."

"Perbedaan dampak ini disebabkan adanya ketimpangan akses sumber daya keuangan, kepemilikan tanah, dan juga pengembangan pengetahuan dan keterampilan,” terang Elisabeth.

Dampak ini kemudian akan lebih parah bagi kelompok rentan dan termarjinalkan yang memiliki kerentanan lebih tinggi dalam merespon dan beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Jika terus berlanjut maka ketimpangan gender dan sosial ini akan mengakibatkan diskriminasi terhadap kelompok gender dan sosial.

Baca juga: Perubahan Iklim Penyebab Semua Peristiwa Cuaca Ekstrem?

Kondisi ini kemudian semakin diperparah dengan adanya perbedaan pandangan atas peran dan status perempuan di lingkungan masyarakat yang sering kali menjadi dasar atas pembatasan akses mereka terhadap pelayanan masyarakat.

Sehingga hal ini kemudian meningkatkan kerentanan mereka terhadap dampak perubahan iklim dan menghambat kemampuan mereka untuk beradaptasi.

“Sebagai kelompok yang paling bertanggung jawab dalam memastikan ketahanan pangan dan energi keluarga, kesulitan yang dihadapi perempuan dalam melakukan tugas sehari-hari kian meningkat karena perubahan iklim, termasuk kekeringan, banjir, dan gagal panen,” lanjutnya.

Di sisi lain, penyandang disabilitas menjadi salah satu kelompok yang mengalami efek perubahan iklim yang lebih intens akibat diskriminasi, marjinalisasi, dan keterbatasan akses pada sumber daya sosial dan ekonomi.

Baca juga: Perubahan Iklim Picu Peningkatan Risiko Turbulensi Pesawat Imbas Kenaikan Suhu Atmosfer

Cuaca ekstrem dan degradasi lingkungan yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat mengakibatkan perpindahan paksa.

Penyandang disabilitas menghadapi risiko perpindahan paksa akibat iklim yang lebih tinggi yang memaksa mereka mendiami lingkungan yang telah terdegradasi tanpa rumah, pekerjaan dan layanan kesehatan.

Risiko mereka jatuh kepada kemiskinan juga semakin meningkat akibat semakin parahnya ketidaksetaraan.

“Karena itu, penting untuk melibatkan kelompok gender dan kelompok inklusi sosial lainnya termasuk penyandang disabilitas dalam diskusi seputar perubahan iklim, risiko iklim, dan aksi iklim, untuk memahami kebutuhan, pengalaman, dan perspektif mereka terkait perubahan iklim," ujarnya.

"Dengan mengintegrasikan seluruh kelompok sosial dalam diskusi perubahan iklim dan proses pengambilan keputusan, program dan kegiatan tersebut dapat menjamin keberlanjutan aksi iklim yang mereka jalankan,” tegas Elisabeth.

Aksi iklim yang inklusif dan responsif GESI akan cenderung melibatkan kelompok perempuan dan kelompok rentan lainnya sebagai pemangku kepentingan dan memberdayakan mereka agar dapat berkontribusi dalam berbagai respons perubahan iklim.

Hal ini juga akan berdampak mendalam terhadap pengurangan kemiskinan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Baca juga: Kementerian Keuangan: Uang Pajak Rp 569 Triliun Dibelanjakan untuk Perubahan Iklim

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam kajian ini akan melihat sejauh mana keterlibatan kelompok gender dan kelompok inklusi sosial lainnya terlibat jauh dalam program-program penanganan perubahan iklim baik dari aksi adaptasi maupun mitigasi.

Untuk mengukur sejauh mana penerapan GESI dalam proyek perubahan iklim, terdapat beberapa pedoman yang dapat dijadikan acuan seperti pedoman pengarusutamaan GESI yang diterbitkan oleh Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu untuk pemrakarsa proyek green climate fund yang menggambarkan tujuh tahapan penerapan GESI dalam proyek penanganan perubahan.

“Tahap Persiapan, aspek GESI dipertimbangkan dalam tujuan dan ruang lingkup intervensi, identifikasi dan pelibatan kelompok rentan. Tahap Analisis GESI, mengkaji kebutuhan dan pengalaman perempuan, laki-laki, dan kelompok rentan lainnya untuk desain proyek."

"Kemudian, Tahap Analisis Masalah, menggunakan hasil analisis GESI untuk mengidentifikasi hambatan sosial, ekonomi, atau lingkungan yang terkait dengan tujuan proyek. Terakhir, Penemuan Solusi, menentukan keluaran, hasil dan dampak, serta strategi dan kegiatan proyek dengan perspektif GESI”, jelas Elisabeth.

Baca juga: PLN Dapat Pendanaan Rp9,4 Triliun dari World Bank untuk Transisi Energi

USAID juga menerbitkan pedoman yang sama untuk mengetahui pengarusutamaan GESI dalam menyaring proposal pendanaan perubahan iklim.

Panduan ini mengidentifikasi penerapan GESI melalui empat tahapan, yaitu permulaan proyek, desain proyek, implementasi proyek dan monitoring dan evaluasi.

OCFI telah melakukan kajian penerapan GESI dalam proyek Bio Carbon Fund Plus Initiative for Sustainable Forest Lanscap (Bio-CF ISFL) di Provinsi Jambi.

"Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penerapan GESI dalam proyek perubahan iklim di Provinsi Jambi adalah menggunakan pedoman yang diterbitkan oleh USAID, sebab pedoman ini relevan dengan mengidentifikasi penerapan GESI dalam proyek BioCF ISFL yang sedang berjalan saat ini,” kata Elisabeth.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved