Sabtu, 4 Oktober 2025

Akselerasi Transisi Energi Melalui Pemanfaatan Hidrogen, Energi Rendah Karbon Bahan Bakar Masa Depan

Hidrogen diidentifikasi dapat berperan kunci dalam dekarbonisasi sektor energi, seperti: hidrogen fuel cell atau bahan bakar sintesis untuk kendaraan.

dok PLN
Dari kiri ke kanan: Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yudo Dwinanda Priaadi dan Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah memutar valve sebagai tanda diresmikannya Green Hydrogen Plant pertama di Indonesia yang berlokasi di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Pluit, Jakarta pada 9 Oktober 2023. 

Pemerintah Indonesia juga mengidentifikasi hidrogen sebagai game changer dan berperan penting dalam dekarbonisasi sektor energi.

Faktor yang mendorong perkembangan hidrogen rendah karbon di dunia adalah biaya listrik dari EBT yang sudah semakin bersaing, teknologi hidrogen yang sudah siap untuk ditingkatkan, dan fleksibilitas teknis sistem ketenagalistrikan.

Pada 15 Desember 2023 lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meluncurkan Dokumen Strategi Hidrogen Nasional yang berisikan tentang analisis situasi global dan nasional, serta strategi jangka panjang pemerintah dalam memanfaatkan dan mengembangkan hidrogen di tanah air.

Dijelaskan dalam dokumen tersebut, hidrogen merupakan satu-satunya pembawa energi (selain listrik) dengan kandungan nol karbon, yang sedang dipertimbangkan dengan serius untuk updaya dekarbonisasi.

"Hidrogen merupakan sebuah unsur energi baru yang rendah karbon yang berlimpah di Indonesia. Saat ini konsumsi hidrogen di Indonesia mencapai lebih dari 1,75 juta ton per tahun," ungkap Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi.

Di Indonesia, penggunaan hidrogen di Indonesia masih terbatas pada bahan baku pupuk, amonia, dan kilang minyak. 

Hidrogen diproyeksikan akan mulai tumbuh setelah tahun 2030. Pemanfaatannya tidak hanya akan di sektor industri saja, melainkan dimanfaatkan secara luas di sektor lainnya, seperti transportasi dan pembangkitan listrik, serta berpeluang untuk diperdagangkan sebagai komoditas di pasar domestik.

Dalam peta jalan dekarbonisasi PLN, sektor pembangkitan listrik diperkirakan akan menyerap lebih dari 220 TWh hidrogen pada tahun 2060 untuk menggantikan pembangkit berbasis gas dan co-firing batu bara.

"Hidrogen dapat berkontribusi luas dalam kebijakan transisi energi Indonesia, antara lain: mendukung ketahanan energi, diversifikasi energi, dan mendukung pengembangan energi baru terbarukan yang berkelanjutan," terang Yudo.

Sebelum dokumen Strategi Hidrogen Nasional itu diluncurkan, perusahaan listrik negara, PT PLN (Persero) telah lebih dulu memulai produksi hidrogen.

Berkolaborasi dengan Kementerian ESDM dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hidrogen yang diproduksi PLN ini bahkan telah yang berjenis hijau atau green hydrogen.

Pada 20 November lalu, PLN telah meresmikan beroperasinya 21 pembangkit hidrogen hijau (Green Hydrogen Plant atau GHP) yang bisa memproduksi memproduksi green hydrogen.

Mulanya hanya satu Green Hydrogeen Plant yang diresmikan, yakni pada 9 Oktober 2023 di di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Pluit, Jakarta.

Sebulan kemudian, PLN melakukan akselerasi dengan meresmikan sebanyak 21 Green Hydrogen Plant yang tersebar di berbagai pembangkit milik PLN di wilayah di Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, jumlah produksi green hydrogen yang bisa dihasilkan dari 21 GHP itu mencapai 199 ton.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved