Akselerasi Transisi Energi Melalui Pemanfaatan Hidrogen, Energi Rendah Karbon Bahan Bakar Masa Depan
Hidrogen diidentifikasi dapat berperan kunci dalam dekarbonisasi sektor energi, seperti: hidrogen fuel cell atau bahan bakar sintesis untuk kendaraan.
TRIBUNNEWS.COM - Pengendalian emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi isu penting terkait fenomena perubahan iklim yang kian nyata dirasakan umat manusia di bumi.
Emisi gas rumah kaca disebabkan oleh berbagai faktor, terutama aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi atau perusakan hutan, dan industri pertanian intensif.
Peningkatan GRK di atmosfer akan menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi lebih panas atau lebih dikenal pemanasan global.
Laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan, 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah.
Suhu rata-rata pada tahun ini naik sekitar 1,4 derajat celcius dibandingkan masa pra-industri, hanya sepersepuluh derajat di bawah ambang batas 1,5 derajat celcius yang ditetapkan saat Perjanjian Paris 2015.
Laporan WMO tersebut dikeluarkan saat para pemimpin dunia memulai konferensi iklim PBB COP28 di Dubai, Uni Emirates Arab pada 30 November 2023 lalu.
PBB memperingatkan, permulaan El Nino pada awal tahun ini, fenomena cuaca yang ditandai dengan pemanasan di Samudera Pasifik, dapat menyebabkan suhu rata-rata tahun depan melebihi batas target 1,5 derajat celcius.
Suhu bumi yang bertambah panas akan memengaruhi kondisi suhu rata-rata atmosfer, laut, daratan, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang berdampak pada aspek kehidupan yang lebih luas.
“Ini lebih dari sekadar statistik. Kita berisiko kalah dalam perlombaan untuk menyelamatkan gletser dan mengendalikan kenaikan permukaan laut," kata Sekretaris Jenderal WMO, Prof Petteri Taalas.
"Kita tidak bisa kembali ke iklim abad ke-20, namun kita harus bertindak sekarang untuk membatasi risiko iklim yang semakin tidak ramah pada abad ini dan abad-abad mendatang. Cuaca ekstrem menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian setiap hari," terang Taalas, dalam laman WMO.

Komitmen Indonesia untuk Transisi Energi
Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang digunakan untuk menghasilkan energi bagi sektor transportasi dan industri telah menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang signifikan, seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan partikel lainnya.
Laporan Global Carbon Budget pada 5 Desember lalu menyebutkan, emisi CO2 dari bahan bakar fosil seluruh dunia mencapai 36,8 miliar metrik ton pada akhir tahun 2023, meningkat 1,1 persen dari tahun 2022.
Komunitas global telah mengambil langkah penting untuk menyikapi perubahan iklim yang dipicu gas rumah kaca ini.
Forum KTT Perubahan Iklim COP28 menyetujui kesepakatan yang menyerukan transisi dari bahan bakar fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.