Minggu, 5 Oktober 2025

Gubernur Bank Indonesia Ungkap Prospek Ekonomi RI 2024 di Tengah Ketidakpastian Global

Perry Warjiyo mengungkapkan, sejumlah prospek pertumbuhan ekonomi nasional pada 2024 ditengah ketidakpastian global.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Nitis Hawaroh
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023 dengan tema Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional di Gedung BI, Rabu (29/11/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, sejumlah prospek pertumbuhan ekonomi nasional pada 2024 ditengah ketidakpastian global.

Perry bilang, kondisi ekonomi masih bergejolak mulai dari perang Rusia-Ukraina, perang dagang Amerika-Tiongkok dan kini konflik yang terjadi di Israel-Palestina.

Baca juga: Investor Asing Minati Instrumen SVBI yang Diterbitkan Bank Indonesia

Hal tersebut dia sampaikan dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023 dengan tema Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional dan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo serta sederet Menteri Indonesia Maju.

"Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi ekonomi. Akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Gedung BI, Rabu (29/11/2023).

Baca juga: Satu Persen Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi China Berdampak ke RI Sebesar 0,3 Persen

Menurut Perry, Bank Indonesia mencatat ketidakpastian itu tergambar dalam lima karakteristik yaitu slower and divergent growth. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan menurun ke 2,8 persen di tahun 2024.

"Pertumbuhan akan menurun ke 2,8 persen pada tahun 2024 sebelum meningkat ke 3 persen ke 2025. Amerika masih baik, Tiongkok melambat India dan Indonesia tumbuh tinggi," ujar Perry.

Perry mengatakan, karakteristik kedua gradual disinflation yaitu penurunan inflasi yang lambat meski pengetatan moneter agresif di negara maju. Perry menyampaikan bahwa inflasi baru akan turun pada tahun 2024.

"Itupun masih diatas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja," jelasnya.

Sedangkan ketiga yaitu higher for longer. Fed Fund Rate masih akan tinggi pada 2024, Perry bilang yield US treasury terus meningkat karena membengkaknya utang Amerika.

"Keempat, strong dolar. Dolar Amerika masih kuat mengakibatkan tekanan deferensiasi nilai tukar seluruh dunia termasuk rupiah," ucap dia.

"Kelima cash is the king, pelarian modal dalam jumlah besar dan emergin market ke negara maju sebagian besar ke Amerika karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar," sambungnya.

Meski begitu, Perry meyakini bahwa ekonomi nasional tetap berdaya tahan tinggi dengan berfokus pada sinergitas antar kementerian lembaga maupun stakeholder terkait.

"Alhamdulillah kita bersyukur ekonomi nasional berdaya tahan dari pandemi Covid-19, dari gejolak global kuncinya hanya satu sinergi. Karena masalah berat dan kompleks tidak mungkin dapat dihadapi sendiri perlu kerja sama dan koordinasi the power we bersatu kita kuat dan terus bangkit," jelasnya.

Perry menjabarkan, sinergitas itu meliputi sinergi dalam pengetahuan yaitu inovasi trobosan kebijakan untuk hasil kinerja terbaik. Sinergi dalam pengalaman serta sinergi dalam doa.

"Dengan sinergi itu insya Allah ekonomi Indonesia tahun 2024 dan 2025 akan menunjukkan ketahanan dan kebangkitan. Pertumbuhan akan cukup tinggi mencapai 4,7 sampai 5,5 persen pada 2024 dan meningkat ke 4,8 sampai 5,6 persen pada 2025," jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved