Sabtu, 4 Oktober 2025

Asia Darurat Pangan, Harga Beras Dunia Sentuh Level Tertinggi, Bagaimana Antisipasi Bulog?

Harga beras di pasar Asia naik hingga menyentuh level tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Irwan Rismawan
Pekerja menata karung berisi beras di Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Harga beras di pasar Asia awal September 2023 ini naik hingga menyentuh level tertinggi dalam 15 tahun terakhir. 

Buwas mengatakan, hal itu sebagai upaya pihaknya menyediakan alternatif bagi masyarakat yang tak bisa membeli beras SPHP kemasan 5 kilogram.

"Bulog juga akan membuat packaging yang 1 kilogram. Jadi masyarakat yang nanti tidak bisa membeli 5 kilogram, akan diberikan yang nanti 1 kilogram," kata Buwas.

Ia mengatakan, akan secepatnya melakukan pendistribusian dari beras SPHP kemasan 1 kilogram.

"Pokoknya kita akan secepatnya dan akan sesuaikan. Kita kan sudah ada produksinya 1 kilogram, tinggal nanti kita edarkan kebutuhan masyarakat seperti apa yang sekarang ada," ungkapnya.

Saat ini, Bulog tengah mengkonsentrasikan pendistribusian beras SPHP dengan kemasan 5 kilogram. Nantinya, untuk yang 1 kilogram, akan disuplai ke warung-warung.

"Yang kita konsentrasikan adalah 5 kilogram ini. Masyarakat ini kan membutuhkannya
yang 5 kilogram untuk satu minggu minimal ya. Kita penuhi dulu," ujar Buwas.

"Nanti kalau di warung-warung yang butuh 1 kilogram. Dulu kan saya pernah buat juga
sama yang 250 gram, tapi ternyata masyarakat tidak membutuhkan itu. Nah sekarang
mungkin butuh itu bisa kita adakan lagi," lanjutnya.

Untuk harga kemasan 1 kilogram ini, ia mengatakan akan dibanderol Rp9.450 sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET). Buwas juga mengungkap alasan Bulog tak lagi mendistribusikan beras dalam bentuk curah atau 50 kilogram.

Ia berujar, dari pengalaman yang terdahulu, jika didistribusikan secara curah, akan berdampak pada harganya di lapangan. Adapun saat ini yang didistribusikan oleh Bulog adalah beras premium dengan nama beras SPHP. Harganya Rp47 ribu per 5 kilogram.

"Kita tidak lagi mendistribusikan dengan bentuk curah atau 50 kg karena pengalaman yang sudah-sudah, kalau kita mendistribusikan dengan 50 kg atau bentuk curah, pasti jadinya harganya mahal di lapangan. Apa lagi beras Bulog sekarang itu premium," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menilai kenaikan harga beras di dalam negeri dipicu oleh produksi beras yang turun.

Menurut dia, ini hal lazim setiap musim panen beras di semester dua.

"Pada saat semester dua, produksi kita itu pastinya turun di bawah semester satu. Jadi semester dua sudah pasti turun. Kemudian ada beberapa isu seperti El Nino dan lain-lain. Itu dampaknya akan (terasa) tiga bulan ke depan," kata Arief.

Penurunan produksi ini disebut akan terjadi hingga akhir tahun. Sehingga, di situ cadangan beras pemerintah akan digelontorkan.

"Kalau dulu kita mau menggelontorkan itu mikir stoknya ada atau enggak, tapi hari ini Bulog punya stok 1,6 juta ton dan yang akan segera masuk lagi 400.000 ton," ujar Arief. "Ini perintahnya Pak Presiden untuk menjaga harga di tingkat konsumen," lanjutnya. (Tribun Network/daz/yun/wly)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved