Tahun 2023 Bakal Terjadi Perubahan Saham Blue Chip? Simak Rekomendasi dan Prediksinya
Tahun ini diprediksi terjadi perubahan sektoral saham blue chip. Saham blue chip merupakan jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima
Rekomendasi Saham Blue Chip
Sementara itu, Nico menganalisa pasar akan dibayangi risiko ketidakpastian akibat inflasi dan kenaikan suku bunga.
Namun, kondisi ini ditaksir hanya terjadi pada semester pertama 2023. Setelahnya, pada paruh kedua 2023 ekspektasi risiko akan lebih mereda.
Di tengah sentimen yang membayangi, investor akan mencari saham emiten berfundamental kuat, pertumbuhan stabil dan likuiditas tinggi.
Dus, terlepas dari potensi rotasi sektoral, Nico menilai saham-saham di jajaran LQ45 dan KOMPAS100 masih akan menjadi primadona.
Apalagi, kinerja kedua indeks tersebut sejatinya menunjukkan perbaikan di 2022, meski dengan gerak yang terbatas.
Hingga penutupan perdagangan, Jumat (30/12), LQ45 hanya naik tipis 0,62%. Posisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2021 yang mencatatkan negative return, turun 0,37%.
Sedangkan indeks KOMPAS100 melemah 0,82% sepanjang tahun 2022. Meski memerah, tapi indeks KOMPAS100 berhasil memangkas penurunan.
Sehingga hasil akhir di tahun lalu masih lebih baik ketimbang tahun 2021 yang ambles hingga 3,42%.
Cheril sependapat, LQ45 dan KOMPAS100 masih menarik sebagai panduan atau benchmark investasi tahun 2023.
Dengan potensi rotasi sektoral, Cheril mengunggulkan saham-saham di sektor barang konsumer primer dan non-primer, serta sektor perbankan.
Untuk saham-saham yang prospektif koleksi di LQ45 dan KOMPAS100, Cheril merekomendasikan AMRT, BMRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).
Sedangkan Roger menyarankan agar investor mencermati LQ45 dan KOMPAS100 sembari memperhatikan rambu-rambu indikator ekonomi dan perkembangan tahun politik. Saham pilihannya adalah BMRI, BBNI, serta PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal William Hartanto melihat sektor energi masih berpotensi mempertahankan dominasi di tahun 2023. Hanya saja, dengan lonjakan yang telah terjadi dari tahun 2021, akan rawan terjadi profit taking.
Mengenai rotasi sektor, William menilai masih perlu waktu untuk melihat arah pasar ke depan. Termasuk soal sentimen pasar menjelang Pemilu. "Ketika satu sektor jenuh, maka akan ada sektor baru yang manggung. Tapi rotasinya kemana, itu belum terlihat," ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.