Minggu, 5 Oktober 2025

Komunitas Warteg: Kalau Sudah Tak Sanggup Stabilkan Harga, Sebaiknya Legowo Mundur

Saat ini, menurut Mukroni, yang bisa disiasati oleh para pedagang warteg adalah dengan memperkecil ukuran lauk tahu dan tempe yang dijual di warung.

Tribunnews/Jeprima
Pekerja menyiapkan pesanan nasi bungkus di sebuah warteg di Jakarta Selatan, Sabtu (6/11/2021). Tribunnews/Jeprima 

"Saya sih berharap para pedagang terutama perajin tahu dan tempe ya jangan sampai mogok lah. Kareba kita berharap juga, ini kan kalau mogok mereka tidak punya kegiatan lainnya," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasu Tedy Hafni saat dikonfirmasi, Minggu (20/2/2022).

Terkait lonjakan harga kedelai yang belum kunjung mampu diredam pemerintah ini, para perajin tahu dan tempe mulai hari ini menggelar aksi mogok produksi secara massal, Senin (21/2/2022).

Tedy lebih menganjurkan agar para perajin mengurangi ukuran tempe dan tahu daripada melakukan mogok massal.

"Mungkin saja mereka sekarang bisa memodifikasi ukuran. Kalau saya sih enggak menyarankan untuk mengurangi yah, tapi yang jelas harus tetap berproduksi dengan maksimal dengan harga yang seperti itu dengan tidak mengurangi kualitas yang ada," katanya.

Ia mengungkapkan kenaikan harga kedelai terjadi tak hanya di Kota Bekasi saja, bahkan seluruh Indonesia lantaran hanya terdapat beberapa distributor saja yang mengimpor kedelai dari Amerika Serikat.

"Saya kira kalau harga kedelai itu hampir sama di setiap daerah. Karena kan yang menentukan harga dari Chicago, Amerika. Sehingga otomatis semua terdampak karena yang pengadaan bukan hanya Bekasi saja, bukan di Jawa Barat saja, tapi secara nasional ada distributornya, sehingga harga dunia yang mempengaruhi harga nasional juga," ungkap Tedy.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved