Minggu, 5 Oktober 2025

Komunitas Warteg: Kalau Sudah Tak Sanggup Stabilkan Harga, Sebaiknya Legowo Mundur

Saat ini, menurut Mukroni, yang bisa disiasati oleh para pedagang warteg adalah dengan memperkecil ukuran lauk tahu dan tempe yang dijual di warung.

Tribunnews/Jeprima
Pekerja menyiapkan pesanan nasi bungkus di sebuah warteg di Jakarta Selatan, Sabtu (6/11/2021). Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni menyayangkan harga sejumlah barang kebutuhan pokok rumah tangga seperti minyak goreng hingga kedelai yang masih tetap melambung tinggi sampai hari ini.

Mukroni menegaskan, jika kondisi ini terus berlarut, akan memberatkan masyarakat  ekonomi menengah ke bawah.

Mukroni berharap pemerintah bisa bekerja serius menstabilkan kembali harga kebutuhan pokok tersebut.

Berdasar pantauannya, harga minyak goreng saat ini belum kunjung stabil dan masih tetap tinggi, pasokannya pun langka di pasaran. Kenaikan harga kedelai juga menambah pusing masyarakat.

"Pemerintah diharapkan untuk bisa menstabilkan harga karena ini menyangkut hajat masyarakat bawah," ujar Mukroni saat dihubungi Senin (21/2/2022).

Harga kebutuhan pokok yang naik, ucap Mukroni, juga berdampak sekali bagi para pengusaha Warteg.

Kenaikan harga kedele sejak awal.bulan puasa lalu membuat perajin tahu di Kota Tangerang ini terancam gulung tikar, Rabu (9/6/2021). Kenaikan ini menyebabkan menurunnya jumlah produksi dan mempengaruhi harga jual tahu di pasaran sehingga membuat penghasilan mereka turun drastis. (Wartakota/Nur Ichsan)
Aktivitas perajin tahu di Kota Tangerang, Banten, Rabu (9/6/2021). (Warta Kota/Nur Ichsan)

Karena itu, ia meminta pejabat yang tidak memiliki kemampuan menstabilkan harga kebutuhan pokok sebaiknya mengundurkan diri.

"Kami mengharap pejabat-pejabat tidak berkompeten, tidak memiliki kemampuan stabilkan harga, kami minta legowo mengundurkan diri karena dampaknya luar biasa jika tidak bisa menstabilkan harga," tutur Mukroni.

Seperti iketahui, kenaikan bahan baku tempe dan tahu ini terjadi di sejumlah wiilayah. Harga kedelai yang semula di bawah Rp9.000 per kg menjadi Rp11.000 bahkan ada yang mencapai Rp12.000 per kg.

Baca juga: Jika Harga Kedelai Tetap Tinggi, Produsen Siap Naikkan Harga Tempe dan Tahu hingga 20 Persen

"Tentunya dengan kenaikan bahan pokok tahu tempe ini sangat memberatkan karena usaha kami mayoritas pedagang Warteg," ujarnya.

"Dalam pandemi kita banyak tutup karena daya beli masyarakat, yang sudah mengencangkan ikat pinggang tidak mampu beli lauk daging ayam, kalau tempe naik memberatkan masyarakat," imbuh Mukroni.

Baca juga: Harga Kedelai Tinggi, Perajin Tahu-Tempe di Bengkulu Pilih Kurangi Produksi

Saat ini, menurut Mukroni, yang bisa disiasati oleh para pedagang warteg adalah dengan memperkecil ukuran lauk tahu dan tempe yang dijual di warung.

"Kita menyiasatinya dengan mengecilkan ukuran bisa saja ukuran tipis, seperti kartu ATM. Itu yang kita lakukan mensiasati tahu tempe naik," ujarnya.

Terpisah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi menyarankan kepada para perajin tahu dan tempe agar mengecilkan ukuran tahu dan tempe yang mereka jual demi menyiasati mahalnya harga kedelai saat ini.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved