Senin, 6 Oktober 2025

Program PAPeDA: Kembangkan Keladi untuk Ciptakan Ketahanan Pangan di Papua

Mnukwar bersama dengan masyarakat berusaha untuk menginisiasi dalam mengembangkan keladi agar dapat menciptakan ketahanan pangan lokal

Istimewa
Serial diskusi Festival Torang Pu Para Para Seri II bertajuk Meramu Keladi Untuk Pangan Sehat, Rabu (18/8/2021). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Festival Torang Pu Para Para yang digagas oleh Program Pertanian Berkelanjutan di Tanah Papua (PAPeDA) berupaya mengembangkan tanaman keladi untuk menciptakan ketahanan pangan sehat dan meningkatkan pengelolaan hasil hutan bernilai ekonomi namun tetap menjaga kelestarian hutan di Papua.

Program PAPeDA yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) dan didukung oleh The Asia Foundation (TAF) ini juga bertujuan untuk mempromosikan produk-produk pangan sehat lokal kepada publik, pemerintah, dan swasta secara umum serta kepada pemerintah provinsi Papua dan Papua Barat secara khusus.

Direktur Mnukwar Seno Bagus sebagai salah satu organisasi penggagas budidaya keladi di daerah Papua, menyebutkan bahwa keladi merupakan produk unggulan di Nenei.

“Salah satu produk unggulan di Nenei, yang dikembangkan masyarakat secara turun temurun, dan mempunyai kualitas yang baik dan produktivitas yang tinggi, salah satunya adalah keladi,” ucap Seno, dalam serial diskusi Festival Torang Pu Para Para Seri II bertajuk Meramu Keladi Untuk Pangan Sehat, Rabu (18/8/2021). 

Dalam proses pendampingan budidaya keladi itu, Seno mengatakan bahwa Mnukwar bersama dengan masyarakat berusaha untuk menginisiasi dalam mengembangkan keladi agar dapat menciptakan ketahanan pangan lokal sekaligus masyarakat bisa mendapat nilai ekonomi.

Baca juga: Kenalkan Budaya Lokal Bumi Cenderawasih, PB PON Luncurkan Aplikasi Papua Tourism dan Gerai Honai

“Keladi merupakan salah satu produk yang coba kita sama-sama gagas dengan mengintensifkan lahan yang ada tanpa membuka lahan-lahan baru untuk bercocok tanam. Ini kemudian yang membuat masyarakat antusias untuk bercocok tanam keladi. Dan kita mencari solusi bagaimana agar produk ini bisa mendapat pasar dan masyarakat mendapat manfaat,” jelasnya.

Pada gilirannya, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Papua Barat Yacob Fonataba menjelaskan bahwa pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan produksi pertanian, termasuk di dalamnya keladi atau talas.

“Kami juga sudah membuat program peningkatan produksi pertanian, sebuah program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan,” papar Yacob.

Karena itu, Yacob menegaskan bahwa pihak pemerintahan akan mendukung pengembangan keladi untuk mencapai ketahanan pangan sehat di Papua.

“Kebijakan saya selaku kepala dinas, untuk dana Otsus (otonomi khusus) kita prioritaskan untuk komoditi yang diusahakan oleh orang asli papua, termasuk di dalam adalah keladi,” tegasnya.

Kenapa Keladi?

Direktur Kinarya Asia Partner, Nanik Rahmawati mengatakan bahwa keladi merupakan pilihan yang tanaman multiguna karena setiap bagian dari tanaman keladi ini bisa dimanfaatkan mulai dari ujung sampai bawah.

“Dari daunnya saja bisa digunakan untuk obat, sayur maupun makanan. Lalu batangnya sendiri untuk sayur. Dan umbinya ini yang paling banyak dikelola untuk ekonomi, yaitu menjadi bahan baku untuk saripati maupun tepungnya, bisa juga digunakan untuk cemilan. Lalu kulit dan akarnya juga bisa digunakan untuk makanan ternak,” jelas Nanik.

Baca juga: Masyarakat di Papua Gelar Upacara HUT Kemerdekaan ke-76 RI

Ahli Pengelolaan Pangan, Retnosyari Septiyani juga mengungkapkan bahwa keladi merupakan salah satu bahan pangan lokal, kekayaan khas, terutama di Papua, yang bisa diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai macam produk dengan segmen-segmen pasar yang berbeda.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved