Selasa, 7 Oktober 2025

Program PAPeDA: Kembangkan Keladi untuk Ciptakan Ketahanan Pangan di Papua

Mnukwar bersama dengan masyarakat berusaha untuk menginisiasi dalam mengembangkan keladi agar dapat menciptakan ketahanan pangan lokal

Istimewa
Serial diskusi Festival Torang Pu Para Para Seri II bertajuk Meramu Keladi Untuk Pangan Sehat, Rabu (18/8/2021). 

“Untuk daunnya saja, segmen pasar sudah luas, memang diekspor ke Australia atau Amerika. Daun kering bisa digunakan untuk minuman herbal di sana,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Retnosyari juga mengatakan umbi dari keladi bisa diolah menjadi makanan yang segar, intermediate product, finish food atau produk jadi yang lebih awet. Dan masing-masing jenis makanan itu bisa disegmen-segmenkan.

Retnosyari dalam kesempatan tersebut menekankan bahwa umbi keladi dalam bentuk intermediate product bisa menjangkau pasar yang sangat luas.

“Lalu yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan umur simpannya, adalah dengan Intermediate product, salah satunya dengan pati talas dan tepung. Dari tepung saja, umur simpannya bisa sampai 1-1,5 tahun. Lalu dari intermediate product ini bisa kita buat banyak produk, salah satunya ke arah biskuit atau bakery product. Dan di bakery product ini juga bisa ke arah macem-macem, bisa ke arah bread atau roti, cake, brownies, atau cookies. Bisa juga kita buat mie,” paparnya.

Bahkan, lanjut Retnosyari, dalam masa pandemi ini, keladi bisa mempunyai peluang yang baik.

“Di era pandemi ini, sebetulnya bisa menjadi peluang yang baik, terutama yang menengah ke atas, mereka akan mencari produk-produk yang healthy, sehat. Lah, sehingga produk pangan lokal ini bisa kita giring ke healthy food. Ini bisa kita jadikan isu, terutama untuk pemasaran produk-produk dari keladi,” tegasnya.

Dari segi kandungan pun, menurut Retnosyari, keladi mempunyai banyak kandungan gizi yang bermanfaat.

Prospek dan Tantangan ke Depan

Dari fakta tersebut, keladi mempunyai prospek yang cerah di masa depan sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan lokal.

“Keladi bisa menggantikan beras. Menengah ke atas sudah berusaha mencari alternatif,” tegas Retnosyari.

Nanik Rahmawati juga mengatakan bahwa prospek keladi ke depan ini sangat besar.

“Sangat besar, terutama kalau itu dalam bentuk tepung atau saripati, karena keladi ini tidak tahan lama, jadi harus dibuat agar tahan lama,” ungkapnya.

Namun, Rahmawati juga mengingatkan, bahwa prospek yang besar itu juga membuat budidaya keladi menghadapi tantangan yang besar pula, terutama dalam segi target ketersediaan. 

“Target lokal dulu selesaikan, lalu ketika sudah mapan kita menuju regional, lalu kita akan menuju ke internasional. Jadi harus dilihat kemampuan diri dan pasar yang akan digapai.” terangnya.

Hal serupa juga dijelaskan oleh Yacob, bahwa ada berbagai permasalahan pengembangan produksi aneka umbi-umbian termasuk keladi, mulai dari sistem hulu, sistem on farm (akses budidaya) hingga sistem hilir.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved