Bocah 8 Bulan Ini Jarinya Dempet
Sekilas, seorang balita berusia sekitar 8 bulan bernama Cahaya Asyifa, warga Karang Pucung, Purwokerto tampak normal seperti balita


Laporan Wartawan Tribun Jogja, Susilo Wahid Nugroho
TRIBUNNEWS.COM, PURWOKERTO - Sekilas, seorang balita berusia sekitar 8 bulan bernama Cahaya Asyifa, warga Karang Pucung, Purwokerto tampak normal seperti balita pada umumnya.
Ia tampak ceria saat orang lain mencoba menghiburnya dengan mainan warna-warni. Namun saat melihat dari dekat dan meraba jari-jemari tangannya tampak perbedaan yang mencolok dengan balita normal.
Cahaya, begitu ia disapa ibunya, diketahui mengalami kelainan di bagian jari-jari tangan dan kakinya. Jari-jari tangan dan kaki Cahaya menempel satu sama lain (dempet-red). Akibatnya, jika dilihat sekilas tangan Cahaya tampak menggenggam rapat.
Bagian jempol sebelah kanan tangan Cahaya juga tampak sedikit bengkok. Sedangkan bagian jari kakinya benar-benar tidak ada sela, semuanya menyatu dengan kulit.
Ibu Cahaya, Soimah (31) menuturkan bahwa kelainan yang dialami putranya tersebut sudah dialami sejak ia lahir pada 5 Januari 2012 silam. Saat itu, Soimah sempat terkejut atas apa yang dialami putranya itu.
"Dokter yang membantu kelahiran Cahaya juga sudah tahu akan hal itu, katanya harus dioperasi tapi nanti saja setelah Cahaya sudah sedikit besar," kata Soimah saat ditemui di rumahnya di Gang Merpati, Karangpucung, Purwokerto, Rabu (19/9/2012).
Soimah mengaku tidak mengalami hal-hal aneh selama mengandung Cahaya. Ia juga tidak ngidam makanan aneh atau hal-hal aneh selama hamil.
"Biasa-biasa saja, tidak ada yang aneh saat saya hamil dulu," tambah Soimah.
Cahaya merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Ketiga kakak Cahaya juga diketahui normal tanpa ada kelainan sedikitpun.
Sehari-hari, ayah Cahaya yang bernama Suparyo (50) bekerja sebagai seorang tukang pijat panggilan. Penghasilan yang tidak menentu membuatnya kesulitan untuk memeriksakan Cahaya ke rumah sakit.
"Ya penghasilan saya pas-pasan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja, istri saya juga di rumah saja dan tidak bekerja," kata Suparyo.
Kondisi tersebut semakin diperparah karena rumah sederhana yang ditempati Suparyo selama ini akan segera dijual oleh pemiliknya. Ia mengaku bahwa selama ini hanya menumpang tinggal di rumah tersebut dengan membayar listrik tiap bulanya.
"Saya juga bingung, kalau rumah ini dijual saya mau tinggal dimana lagi," tambah Suparyo.
Di satu sisi, Suparyo baru mendapat bantuan sebesar Rp 1,5 juta dari Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Jumlah tersebut menurut Suparyo dirasa kurang untuk biaya pengobatan Cahaya.
"Masih kurang untuk biaya pengobatan, saya berharap ada bantuan dari pemerintah ataupun dermawan untuk biaya pengobatan anak saya," kata Suparyo.
Baca Juga: