Mahasiswa UB Teatrikal Tolak SPP Progresif
Wah dapat Rp 2 miliar," kata seorang mahasiswa yang memerankan Yogi usai melempar dadu dan masuk kotak bertulisan
TRIBUNNEWS.COM,MALANG-Aksi penolakan SPP Progresif di Universitas Brawijaya (UB) Malang terus berlangsung.
Setelah menggalang tandatangan dan pengumpulan koin, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Front Mahasiswa UB gelar teatrikal penolakan SPP Progresif, Kamis (2/8/2012).
Dalam teatrikal yang dipusatkan di depan rektorat itu, mereka memainkan teatrikal monopoli. Para pemain monopoli itu memakai topeng kertas bergambar Rektor UB Yogi Sugito, Pembantu Rektor 1 Bambang Suharto, Pembantu Rektor 2 Warkum Sumitro, dan Pembantu Rektor 3 Ainurrasyid.
Mereka mengibaratkan ke-empat pimpinan itu adalah para pengelola keuangan UB.
"Wah dapat Rp 2 miliar," kata seorang mahasiswa yang memerankan Yogi usai melempar dadu dan masuk kotak bertulisan untung Rp 2 miliar.
Mahasiswa lainnya yang memerankan Bambang, Warkum, dan Ainurrasyid pun tak kalah girangnya ketika melempar dadu dan mendapat kotak yang nilai uangnya besar.
Aksi itu berlangsung hampir dua jam. Sayangnya, tidak satu pun pihak rektorat yang mau menemui mereka. Sehingga, mereka terpaksa bubar dengan sendirinya.
Juru bicara aksi, Tubagus Yusuf mengatakan, mereka terpaksa melakukan aksi teatrikal karena PR 3, Ainurrasyid tidak menempati janjinya.
"Beberapa hari lalu kami bertemu dengan beliau dan berjanji akan menggelar dialog bersama Rektor. Tapi sampai sekarang, tidak ada niat baik itu," kata Bagus, mahasiswa Jurusan Hukum semester 5 itu.
Bagus dan beberapa teman-temanya yang turut aksi itu memang angkatan muda.
Namun, mereka merasa punya kewaijban untuk membela mahasiswa lain, terutama angkatan tua. "Kami minta, pihak Rektorat transparan dengan keuangan kampus.
Digunakan untuk apa SPP Progresif itu dan kemana semua keuangan unit usaha UB. Dua tahun kami memperjuangkan transparansi, tapi selalu gagal," bebernya.
Apabila tidak ada niatan pihak Rektorat berdialog dengan mereka, tambah Tubagus, aksi seperti ini akan diulang kembali hingga rektorat bersedia menemui mereka.