Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Ilmuwan Indonesia Merajut Hukum, Sains, dan Kesejahteraan Sosial di Panggung Ilmiah Dunia

Ilmuwan Indonesia Raymond Tjandrawinata jadi Full Member Sigma Xi. Kiprah globalnya rajut sains, hukum, dan keadilan sosial.

Editor: Glery Lazuardi
ISTIMEWA
Raymond R. Tjandrawinata, Ilmuwan tanah air menunjukkan kiprahnya di panggung dunia. 

TRIBUNNEWS.COM, JKARTA  — Ilmuwan tanah air menunjukkan kiprahnya di panggung dunia. 

Saat tak banyak ilmuwan yang melintasi disiplin ilmu dari biokimia hingga hukum, dari laboratorium NASA hingga ruang kuliah hukum di Jakarta. Prof. Dr. Raymond R. Tjandrawinata membuktikan, jika anak bangsa bisa mewujudkannya.

Tak heran jika kini, namanya kini kian mengemuka.

Pada 2025 ini, Raymond terpilih sebagai Full Member Sigma Xi, The Scientific Research Honor Society — organisasi ilmiah internasional yang telah menaungi lebih dari 200 penerima Nobel. 

Sigma Xi, The Scientific Research Honor Society, adalah organisasi ilmuwan dan insinyur internasional dengan lebih dari 200.000 anggota sejak berdirinya. 

Organisasi ini menilai keanggotaan penuh berdasarkan prestasi riset yang signifikan, termasuk publikasi ilmiah, paten, serta kontribusi akademik. Beberapa nama besar yang pernah menjadi anggota Sigma Xi antara lain Albert Einstein, Linus Pauling, Francis Crick, dan James Watson. 

Bagi Indonesia, capaian ini bukan sekadar pengakuan personal, melainkan simbol kehadiran putra bangsa di forum ilmiah tertinggi dunia.

Dari Molekul Hingga Kebijakan Publik

Raymond meniti jejak akademik dari MS dan PhD di bidang biokimia dan biologi molekuler kesehatan, lalu melanjutkan postdoctoral fellowship di UC San Francisco School of Medicine. 

Di sana, ia menekuni farmakologi molekuler senyawa turunan prostaglandin sebagai obat onkologi.

Pengalaman risetnya bahkan merambah NASA, meneliti osteoporosis tulang manusia di ruang angkasa. 

Namun, ia sadar: sains saja tak cukup. Maka, ia menempuh jalur interdisipliner dengan mendalami ekonomi kesehatan di UC Berkeley, yang memberinya pemahaman tentang pembiayaan, efisiensi sistem, dan alokasi sumber daya kesehatan nasional.

Tak berhenti di situ, ia menekuni hukum — dari Magister di IBLAM, kini menapaki Doktor Hukum di Universitas Pelita Harapan, dengan minat utama pada hukum kesehatan, kekayaan intelektual, dan kesejahteraan sosial. 

Bahkan, horizon etis ia lengkapi lewat Master of Advanced Studies in Theology (Domuni Universitas, Prancis), menegaskan keyakinannya bahwa hukum dan sains mesti beroperasi di bawah horizon etika.

OMAI dan Kemandirian Farmasi Indonesia

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved