Tribunners / Citizen Journalism
Waspadai Benjolan di Leher Sejak Dini, Bisa Jadi Gejala Kanker
Kanker kepala dan leher adalah kelompok berbagai jenis kanker yang dimulai di jaringan kepala dan leher, seperti rongga mulut, tenggorokan (faring).
Editor:
Sri Juliati
Kanker kepala dan leher adalah kelompok berbagai jenis kanker yang dimulai di jaringan kepala dan leher, seperti rongga mulut, tenggorokan (faring), laring (kotak suara), hidung dan sinus, serta kelenjar ludah.
Kanker menjadi silent killer yang masih kurang mendapat perhatian serius dari masyarakat maupun pemerintah.
Padahal setiap tahunnya ada peringatan Hari Kanker Kepala dan Leher Sedunia (World Head and Neck Cancer Day - WHNCD) setiap tanggal 27 Juli untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Kesadaran ini bukan hanya tantangan Indonesia melainkan tantangan global. Pada tahun 2020, terdapat 890.000 kasus baru pada kanker kepala dan leher di dunia dan setidaknya 450.000 penyintas meninggal dunia.
Di Indonesia, angka prevalensi kanker kepala dan leher tercatat 4,7 per 100.000 penduduk pada tahun 2018.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi tumor/kanker di Indonesia meningkat dari 1,4 per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk.
Artinya, walau secara umum belum masuk jajaran kanker terbanyak lingkup nasional, tren kenaikan dan potensi keterlambatan diagnosis kanker kepala dan leher harus menjadi perhatian serius.
Pada tahun 2020, kanker nasofaring menempati peringkat ke-5 sebagai kanker tersering di Indonesia dengan 19.943 kasus baru dan 13.399 kematian.
Kanker kepala dan leher umumnya lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, dengan rasio 2:1.
Penyebab benjolan pada leher bisa bermacam-macam mulai dari pembengkakan akibat infeksi hingga tumor jinak.
Jika benjolan menunjukkan ciri-ciri yang mencurigakan seperti muncul tanpa riwayat infeksi sebelumnya, tidak hilang dalam durasi 2 minggu bahkan makin membesar, maka perlu diwaspadai.
Juga waspadai jika benjolan terasa keras, padat dan sulit digerakkan, permukaan luka atau bernanah, disertai sesak nafas dan kesulitan menelan.
Termasuk suara serak tanpa sebab yang jelas, mimisan berulang, hidung tersumbat, penurunan berat badan drastis tanpa sebab, amandel membesar hanya pada satu sisi, bercak atau luka di kulit yang menetap dan ukuran > 1,5 cm.
Tanda-tanda ini bukan berarti pasti kanker, tapi tubuh sudah memberi alarm yang seharusnya tidak diabaikan jika masyarakat memiliki kesadaran untuk pemeriksaan sejak dini.
Caranya jangan menunda untuk datang berkonsultasi dengan dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher (THT-BKL).
Sumber: TribunSolo.com
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
20 Link Twibbon HUT ke-80 PMI 17 September 2025, Simak Sejarah dan Cara Mudah Unggah di Sosmed |
![]() |
---|
Novia Bachmid Jadi Juri Veiled Musician Indonesia, Fokus Cari Vokal Kuat dan Berkualitas |
![]() |
---|
Jadwal 32 Besar Badminton China Masters 2025: Langkah Berat Alwi Farhan dan Ana/Meilysa |
![]() |
---|
Hasil Liga Champions Asia: Shayne dan Sandy Walsh Bawa Buriram United Kalahkan JDT 2-1 |
![]() |
---|
Rekap Hasil China Masters 2025: 3 Kejutan Pahit, Indonesia Ikut Rasakan Getirnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.