Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Merdeka dengan Kaki Terbelenggu

Kebebasan bicara seakan dibungkam dengan menghilangnya para aktivis yang vokal menyuarakan ketidakadilan yang terjadi sekitarnya.

Editor: Suut Amdani
Dok. Xavier Quentin Pranata
XAVIER QUENTIN - Xavier Quentin Pranata adalah kolumnis dan penulis buku. (Dok pribadi untuk Tribunnews.com) 

Amnesti dan abolisi tidak gampang diterima setiap orang kan?

Rasa takut untuk menyuarakan keadilan karena kita tidak tahu siapa teman siapa lawan.

Raja Salomo mengingatkan “Dalam pikiran pun janganlah engkau mengutuki raja, dan dalam kamar tidur janganlah engkau mengutuki orang kaya, karena burung di udara mungkin akan menyampaikan ucapanmu, dan segala yang bersayap dapat menyampaikan apa yang kauucapkan.”

Di bidang sosial, apalagi. Namanya saja media sosial. Apa yang kita tulis dan ucapkan dia medsos punya jejak digital.

Jika orang yang kita singgung tersinggung, undang-undang ITE bisa menjerat kita. 

Lalu, apa kita tetap diam saja di tengah ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan?

Tentu saja tidak. Saya kagum dengan kedalaman pepatah Indonesia, khususnya Jawa.

Pertama, ngono yo ngono ning ojo ngono. Begitu ya begitu namun jangan begitu.

Membingungkan? Tidak. Artinya kita boleh saja bersuara, berekspresi, berdemonstrasi namun jangan sampai di luar biatas, apalagi sampai melakukan tindakan anarkis. 

Kedua, mikul dhuwur mendhem jero. Artinya menjunjung tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam.

Jadi dalam menyampaikan aspirasi, kita tetap menjaga adab dan susila, serta menyimpan dalam hati dan tidak membongkar aib orang lain secara sembrono.

Ketiga, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Kita perlu menghormati adat istiadat, budaya dan kebiasaan masyarakat di mana kita tinggal.

Saya punya  pengalaman menarik. Saat masih tinggal di negara empat musim, saya orang Asia minoritas di tengah masyarakat kulit putih.

Suatu kali datang orang dari Indonesia ke rumah saya. Kami ngobrol sampai malam. Suara kami terdengar tetangga. Dengan sopan dia menegur kami.

Keesokan harinya, saya samperin rumahnya dan meminta maaf dengan tulus. Dengan tangan lebar dia menerima permintaan maaf saya. 

Untuk memperingati HUT Indonesia ke-80 ini, marilah kita bijak berkomunikasi agar tidak berantem dengan dulu dhewe.

Camkan ucapan Bung Karno: “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan