Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Merdeka dengan Kaki Terbelenggu

Kebebasan bicara seakan dibungkam dengan menghilangnya para aktivis yang vokal menyuarakan ketidakadilan yang terjadi sekitarnya.

Editor: Suut Amdani
Dok. Xavier Quentin Pranata
XAVIER QUENTIN - Xavier Quentin Pranata adalah kolumnis dan penulis buku. (Dok pribadi untuk Tribunnews.com) 

Oleh Xavier Quentin Pranata, kolumnis dan penulis buku. Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 4 Juli 1960, dan telah menulis lebih dari 60 buku. Pendidikan terakhir S3 di Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, Yogyakarta.

SESEORANG melihat seekor gajah sirkus raksasa di kandangnya di sebuah sirkus.

Dia melihat gajah jumbo itu terikat di sebuah tiang. Menariknya, rantai yang mengikat talinya kecil sekali.

Dia percaya dengan sekali sentak, rantai itu akan putus dan dia bisa melarikan diri dengan bebas.

Mengapa gajah perkasa itu tidak  melarikan diri?

Jika saja dia bisa menoleh ke belakang, atau memiliki kemampuan menerawang masa lalu seperti Wednesday, dia akan melihat betapa mirisnya perilaku manusia terhadap gajah kecil.

Gajah yang diambil paksa dari induknya itu ditempatkan di sebuah kandang dengan rantai yang kuat di kakinya.

Baca juga: Bendera One Piece Jelang HUT RI ke-80 Jadi Sorotan Internasional, Amnesty Sentil Pemerintah

Setiap kali dia ingin meloloskan diri, rasa sakit yang menyengat dirasakan kakinya.

Kakinya yang masih kecil dan lemah tidak bisa memutuskan rantai yang besar dan kuat.

Karena bertahun-tahun dia gagal memutuskan rantai itu, bahkan malah membuat kakinya terluka dan bengkak, tidak tidak lagi mencoba melepaskan diri.

Kapok adalah kata dalam bahasa Jawa  yang cocok untuk mengambarkan dirinya. Bahasa kerennya, trauma.

Setelah bertahun-tahun, meskipun rantai—bahkan tali kecil—yang diikatkan di kakinya gampang sekali diputuskan dengan sekali sentak, tetapi pengalaman traumatis di masa lalu itu terus membelenggu.

Persis seperti percobaan di akuarium. Akuarium yang cukup besar dibagi dua dengan dipisahkan selembar kaca tembus pandang. 

Di satu sisi diletakkan ikan barakuda, sedangkan di sisi lain ditaruh ikan sarden.

Setiap kali hendak mengejar dan  menerkam ikan saraden itu, mulutnya terbentur kaca transparan itu.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan