Tribunners / Citizen Journalism
Mahasiswa Pertanian: Intelektual Penggerak Perubahan Bangsa
Ketersediaan pangan yang sehat, aman, dan berkelanjutan merupakan syarat utama bagi keberlangsungan hidup manusia.
Mahasiswa juga harus dibekali kemampuan berpikir kritis agar mampu mempertanyakan cara-cara lama yang tidak lagi relevan, serta melahirkan pendekatan baru yang kontekstual dan solutif.
Dari Idealism eke Aksi Transformatif
Sejarah pergerakan mahasiswa selalu ditopang oleh idealisme yang kuat. Namun dalam realitas hari ini, idealisme hanya bermakna jika diwujudkan dalam aksi nyata.
Mahasiswa pertanian harus mampu mengintegrasikan pengetahuan akademik dengan praktik lapangan, menjembatani teori dengan pengabdian.
Mereka perlu melakukan penelitian yang melahirkan inovasi, menerapkannya di lapangan, memanfaatkan teknologi pertanian modern, serta mendukung praktik pertanian ramah lingkungan sebagai kontribusi konkret bagi masyarakat.
Penguasaan akademik harus diiringi kepekaan sosial. Mahasiswa pertanian perlu hadir di tengah komunitas, membangun sinergi erat dengan petani, pelaku usaha, pemerintah, media, dan elemen masyarakat lainnya.
Kepemimpinan sosial mereka harus tercermin dalam kolaborasi lintas sektor yang berdampak positif. Mahasiswa tidak hanya menjadi suara perubahan, tetapi juga pelaku utama yang mengubah ide dan gagasan menjadi gerakan hidup yang bermakna.
Kritisisme sebagai Modal Kepemimpinan Intelektual
Sikap kritis bukan sekadar membantah. Dalam tradisi akademik, kritisisme adalah fondasi berpikir jernih dan mendalam. Ia menjadi alat untuk menguji ulang asumsi, membongkar paradigma lama, serta merumuskan gagasan baru yang lebih relevan.
Mahasiswa pertanian yang kritis akan bertanya: Mengapa sistem pangan kita masih bergantung pada impor? Mengapa regenerasi petani berjalan lambat?
Bagaimana membangun sistem pertanian yang adil bagi manusia dan selaras dengan alam? Pertanyaan-pertanyaan ini bukan hanya kritik, tetapi juga bentuk kepemimpinan intelektual.
Mereka memulai perubahan dengan gagasan yang kuat, lalu menggerakkannya melalui aksi yang terencana dan terukur.
Inilah yang membedakan mahasiswa biasa dengan pemimpin perubahan: kemampuan mengartikulasikan ide secara jelas dan mewujudkannya menjadi kerja nyata yang berdampak di masyarakat.
Menabur Arah, Menuai Perubahan
Di tengah dinamika zaman yang bergerak cepat dan penuh ketidakpastian, mahasiswa pertanian bukan hanya pemilik gelar akademik.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
18 Kontainer Udang Reimpor dari AS Duji Berlapis, Hasilnya Bebas Kontaminasi, Aman Dikonsumsi |
![]() |
---|
Mahasiswa Apresiasi Golkar Buka Ruang Dialog Dengar Aspirasi Rakyat Soal Tuntutan 17+8 |
![]() |
---|
Pameran Pestisida dan Pupuk 2025: Momentum Industri Dukung Swasembada Pangan |
![]() |
---|
Sekolah Ilmu Lingkungan UI Paparkan Soal Pengelolaan Limbah hingga Mitigasi Banjir Rob di Bekasi |
![]() |
---|
Profil Prof. Arif Satria, Rektor IPB Diprediksi Jadi Kepala BRIN Baru, Gantikan Laksana Tri Handoko? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.