Tribunners / Citizen Journalism
Super Holding Danantara
Danantara Kuatkan BUMN, Bukan Jual Aset Negara
Pemerintah membentuk Danantara untuk mengoptimalkan aset BUMN dan meningkatkan daya saingnya di tingkat global.
Golden share memberi pemerintah hak veto atas keputusan strategis.
Ini berarti, meskipun ada investor yang masuk sebagai mitra, mereka tidak bisa mengambil alih aset karena pemilik rumah tetap punya kendali penuh.
Pemerintah bisa mencegah penjualan aset strategis, menolak perubahan kepemilikan yang berisiko, serta mengontrol merger atau akuisisi yang bisa mengancam kepentingan nasional.
Inilah yang membedakan Danantara dengan kasus seperti Indosat dulu.
Saat itu, tidak ada golden share yang memastikan negara tetap punya hak veto, sehingga kepemilikan bisa berpindah tangan tanpa kendali penuh dari pemerintah.
Dalam skema Danantara, mekanisme ini disiapkan agar pengalaman pahit tidak terulang.
Jadi, golden share bukan hanya sekadar saham istimewa, tetapi alat utama untuk memastikan bahwa aset strategis negara tetap berada dalam kendali penuh pemerintah, tanpa bisa diambil alih oleh pihak asing atau swasta.
Lebih Buruk dari Temasek dan Khazanah?
Salah satu kritik terbesar terhadap Danantara adalah perbandingan dengan Temasek Holdings di Singapura dan Khazanah Nasional di Malaysia.
Banyak yang menilai skema Danantara lebih buruk, tetapi perbandingan ini perlu dilihat secara lebih adil.
Perbandingan ini seperti tiga petani dengan ladang yang berbeda.
Temasek adalah petani yang mewarisi modal besar dari keluarganya. Ia bisa langsung membeli tanah di berbagai tempat dan menanam beragam jenis tanaman untuk dijual ke luar negeri.
Ia tidak terlalu khawatir dengan hasil panennya, karena modalnya sudah kuat sejak awal.
Khazanah adalah petani yang lebih konservatif. Ia memiliki tanah luas tetapi lebih hati-hati dalam memilih tanaman.
Ia lebih fokus pada pertumbuhan jangka panjang dan menjaga agar ladangnya tetap stabil, meskipun tidak selalu menghasilkan panen besar dalam waktu singkat.
Sementara itu, Danantara adalah petani yang lahannya sebenarnya subur, tetapi selama ini tidak dikelola dengan baik. Ada banyak area yang bisa ditanami, tetapi masih terbengkalai.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.