Tribunners / Citizen Journalism
R.M. Margono Djojohadikusumo: Bangsawan Jawa yang Berjiwa Rakyat
RM Margono Djojohadikusumo dikenal sebagai seorang yang sederhana, menjunjung tinggi nilai-nilai ngayomi meski berasal dari keluarga ningrat.
Meski berasal dari keluarga ningrat, Margono dikenal sebagai seorang yang sederhana dan menjunjung tinggi nilai-nilai ngayomi dan ngayemi (melindungi dan menyejahterakan).
Berbeda dengan stereotip bangsawan yang hidup mewah, Margono memilih jalan hidup yang mendekatkan dirinya pada rakyat kecil.
Filosofi hidupnya mencerminkan nilai sangkan paraning dumadi, yaitu kesadaran akan tanggung jawab sebagai pemimpin yang berasal dari rakyat dan kembali kepada rakyat (Lev, 2000).
Sebagai anak bangsa, Margono menyadari bahwa tugasnya bukan hanya menjaga nama besar keluarga, tetapi juga memberikan manfaat bagi sesama.
Di masa sulit awal kemerdekaan, ia menunjukkan bahwa kebangsawanan sejati terletak pada pengabdian, bukan kemewahan.
Margono sering digambarkan sebagai sosok beksan bumi, yaitu pribadi yang kokoh, teguh, dan siap menghadapi tantangan demi kebaikan bangsa.
Kesederhanaan hidupnya tidak menghalangi kontribusi besar yang ia berikan.
Margono sering terlibat langsung dalam kegiatan sosial di komunitasnya, dari membantu pembangunan fasilitas umum hingga memberikan pendidikan kepada anak-anak kurang mampu. Baginya, melayani rakyat adalah esensi dari seorang pemimpin.
Selain itu, Margono juga dikenal karena kepeduliannya terhadap tradisi lokal dan keberlanjutan budaya Jawa.
Ia percaya bahwa kekuatan budaya dapat memperkuat identitas nasional, dan selalu mendorong pelestarian nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat (Ricklefs, 2008).
Margono juga sering hadir dalam perayaan-perayaan lokal, di mana ia memotivasi warga untuk menjaga adat istiadat sebagai bagian dari identitas bangsa.
Baginya, kearifan lokal adalah fondasi penting dalam membangun masyarakat yang berdaya dan berkarakter.
Pendiri BNI: Wujud Nasionalisme Ekonomi

Peran Margono dalam mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946 adalah cerminan nyata dari semangat gemah ripah loh jinawi, sebuah konsep kesejahteraan ekonomi yang merata.
Sebagai bank nasional pertama di Indonesia, BNI menjadi simbol kemandirian ekonomi bangsa di tengah himpitan pasca-kolonialisme (Hill, 1996).
Margono melihat bahwa sebuah negara merdeka harus memiliki lembaga keuangan yang kuat untuk mendukung pembangunan ekonomi.
Sumber: TribunSolo.com
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.