Tribunners / Citizen Journalism
Global Views
Doktrin Baru Rusia Bisa Gunakan Senjata Nuklir ke Ukraina
Rusia bisa menggunakan serangan nuklir ke Ukraina jika serangan rudal jarak jauh barat dilakukan Ukraina ke target di dalam wilayah Federasi Rusia.
Editor:
Setya Krisna Sumarga
Proposal itu dibawanya ke tour Amerika Serikat, dan disampaikan saat bertemu Presiden Joe Biden, Calon Presiden Kamala Harris, dan Donald Trump.
Zelensky mengulang sikap keras kepalanya yang menyatakan menolak semua negosiasi dengan Rusia, dalam kondisi Ukraina yang lemah.
Karena itu rencana kemenangan yang diajukannya mencakup penguatan secara ekstrem militer Ukraina, dengan meminta pasokan semua senjata pamungkas yang diperlukan.
Rencana kemenangan Zelensky dengan demikian adalah skenario perang total, yang berisiko semakin menghancurkan Ukraina.
Sejauh ini, Presiden Joe Biden masih mempertimbangkan tuntutan dan rencana kemenangan ala Zelensky itu, mengingat konsekuensi politik dan militernya.
Rusia telah memperbarui doktrin nuklirnya, dan ini pasti jadi pertimbangan Amerika yang menyadari risiko-risikonya.
Setelah menyampaikan poin-poin perubahan strategi nuklir, Presiden Vladimir Putin menegaskan penggunaan senjata nuklir tetap menjadi tindakan paling ekstrem untuk melindungi kedaulatan Rusia.

Awal Agustus lalu, secara mengejutkan pasukan Ukraina menerobos perbatasan Kursk Rusia, dalam operasi militer besar yang dilakukan sebagai strategi kejutan bagi Moskow.
Mereka melintasi perbatasan, menghancurkan pasukan Rusia di Kursk, dan menguasai bermil-mil wilayah Rusia dengan bantuan kekuatan asing.
Operasi Kursk adalah strategi Kiev yang bermaksud mengubah arah perang di Donbass. Kiev mencoba menarik pasukan Rusia ke Kursk, guna menghindarkan kekalahan di Donbass.
Ternyata strategi itu gagal. Pasukan Rusia yang dimobilisasi ke Kursk bukan bagian terbesar yang bertempur di Donbass.
Hingga menjelang akhir September ini, Rusia masih berusaha menumpas sisa-sisa pasukan Ukraina yang bertahan di Kursk Rusia.
Moskow mengklaim telah melenyapkan tak kurang 17.000 tentara Ukraina yang dikirim ke Kursk, menghancurkan ratusan kendaraan tempur, termasuk peralatan yang dipasok barat.
Sejumlah tokoh Rusia menilai serangan Ukraina ke Kursk itu seharusnya sudah masuk kategori untuk dibalas lewat serangan nuklir.
Namun Presiden Vladimir Putin masih bersabar, dan mengatakan balasan menggunakan senjata konvensional masih memadai.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.