Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Menjadi Gen Z itu Kepastian, Pentingnya Mengelola Kelebihan dan Kekurangan Agar Berguna Bagi Bangsa

Tulisan ini akan mengelaborasi bagaimana Gen Z bisa me-manage kelebihan dan kekurangannya untuk menjadi pribadi yang berguna

|
HandOut/IST
Donan Abbad Abdullah, Chairman CentennialZ berbicara dalam sebuah forum. 

Berkat kehadiran internet, Gen Z mampu menghasilkan uang dari kegiatan kreatif seperti menjadi content creator, podcaster, vlogger, dan mendirikan perusahaan rintisan (start-up).

Mereka tidak hanya mengikuti jalur karier konvensional seperti dokter atau PNS, tetapi juga menciptakan peluang baru yang inovatif dan beragam.

Gen Z mampu menerima perbedaan di sekitar mereka, baik itu agama, suku, ras, maupun adat istiadat. Terbukanya akses informasi membuat mereka lebih mudah belajar dan memahami sebab-akibat perbedaan yang timbul. Gen Z juga tidak masalah bergaul dengan kelompok yang berbeda, menunjukkan sikap open minded yang kuat.

Meskipun lebih sering rebahan sambil scrolling, Gen Z sangat cepat dalam menyebarkan informasi dan mencari solusi untuk masalah sosial.

Mereka terlibat dalam komunitas dan menggunakan teknologi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Contohnya, menggalang donasi melalui media sosial untuk membantu orang yang membutuhkan.

Gen Z gemar berekspresi untuk menemukan jati diri mereka. Mereka menggunakan platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram untuk menampilkan gaya hidup, hobi, dan minat mereka. Pergelaran Citayem Fashion Week adalah salah satu contoh bagaimana Gen Z menunjukkan gaya berbusana mereka di dunia nyata.

Gen Z’s Downsides

Gen Z dikenal sebagai generasi yang bergantung pada teknologi, khususnya internet dan media sosial.

Mereka sering merasa kuper atau cemas jika tidak mengikuti tren terbaru di internet.

Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka, menciptakan perasaan tidak aman dan ketidakpuasan.

Apalagi akhir-akhir ini dalam laporan Sekernas yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik untuk Februari tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024 terjadi trend penurunan dalam penciptaan lapangan kerja di sektor formal khususnya setelah hadirnya pandemi Covid-19.

Akibatnya tentu sangat berdampak pada Gen Z yang hari ini menurut BPS mencatat jumlah 9,9 juta Gen Z yang menjadi pengangguran karena minimnya akses lapangan pekerjaan.

Dalam bahasa Gen Z hal ini tentu saja membuat mereka termenung yang jika diterjemahkan dengan merujuk pada penelitian oleh American Psychological Association, maka dapat terlihat bahwa Gen Z hari ini menghadapi stres selain karena pandemi, tetapi karena juga kondisi ketidakpastian mengenai masa depan mereka dan hadirnya banyak berita buruk di internet, dan media sosial.

Gen Z mempunyai ekspektasi tinggi terhadap kehidupan pribadi mereka, dan jika tidak berjalan sesuai keinginan, hal ini dapat memicu stres. Gen Z juga cenderung cepat menyerap informasi dan melabeli diri mereka dengan berbagai kondisi seperti bipolar atau introvert. Hal ini dapat menjadi hambatan untuk maju, karena mereka cenderung merasa manja dan mudah tertekan.

How to Manage All of That 

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved