Senin, 29 September 2025
Tujuan Terkait

Generasi Z Diingatkan Jangan Sekadar FOMO Takut Tertinggal Tren, Perkuat Literasi untuk Demokrasi

Rahmat Saleh menyebut pemilih muda dalam hal ini generasi Y dan Z rentan diarahkan oleh popularitas atau mengalami fear of missing out (FOMO).

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
TRANSFORMASI DIGITAL - Rahmat Saleh selaku calon Doktor Ilmu Komunikasi (DIK) Angkatan 33 Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta saat seminar sekaligus launching buku bertajuk "Prosumenesia: Transformasi Media Digital dalam Politik dan Demokrasi" di Ruang GBHN, DPR, Kamis (11/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Media punya peran penting dalam membentuk orientasi politik generasi muda melalui agenda-setting, framing, bandwagon effect, dan efek viral.

Tanpa adanya literasi kritis, pemilih muda dalam hal ini generasi Y dan Z rentan diarahkan oleh popularitas atau mengalami fear of missing out (FOMO), alih-alih menilai substansi kebijakan.

Hal ini membuat keterlibatan generasi muda dalam pesta demokrasi kerap diarahkan oleh popularitas dan tren, alih-alih menilai substansi kebijakan.

Pernyataan tersebut disampaikan Rahmat Saleh selaku calon Doktor Ilmu Komunikasi (DIK) Angkatan 33 Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta saat seminar sekaligus launching buku bertajuk "Prosumenesia: Transformasi Media Digital dalam Politik dan Demokrasi" di Ruang GBHN, DPR, Kamis (11/9/2025).  

Kata “Prosumenesia” yang pertama kali diperkenalkan ke publik melalui peluncuran buku ini diyakini mahasiswa Program Doktoral Ilmu Komunikasi (DIK) angkatan 33 Sekolah Pascasarja USahid Jakarta juga menjadi momen penting yang menandai lahirnya istilah baru dalam peta komunikasi digital Indonesia. 

Rahmat Saleh yang kini dipercaya sebagai Wakil Sekjen PKS ini menyebut salah satu temuan penting dalam buku ini adalah peran strategis generasi lilenial dan Gen Z yang mencakup sekitar 60 persen dari total pemilih pada Pilpres 2024.

Tim penulis kata Rahmat Saleh menganalisis bagaimana generasi digital natives ini memanfaatkan media sosial sebagai ruang utama untuk memperoleh informasi, berdiskusi, membangun opini, dan mengekspresikan identitas politik.

Melalui buku ini tim penulis mengungkap bagaimana partisipasi politik digital Gen Z bersifat cepat, instan, dan masif, seringkali terwujud dalam kampanye tagar, petisi online, hingga viral campaign. 

Dalam paparanya saat seminar, Rahmat Saleh memandang bahasa media yang provokatif dan simbolik membuat isu politik cepat menjadi tren.

Namun, dominasi kepemilikan media oleh elite politik dan ekonomi menghadirkan risiko.

Saat konstelasi pesta demokrasi, media ucap Rahmat Saleh lebih sering berfungsi sebagai mesin propaganda daripada sarana edukasi publik. 

"Tanpa literasi kritis, pemilih muda rentan diarahkan oleh popularitas dan tren, alih-alih menilai substansi kebijakan.Implikasi dari kondisi ini jelas. Generasi Y dan Z merupakan segmen kunci sekaligus arena perebutan narasi utama dalam pemilu," kata Rahmat Saleh. 

Politisi PKS yang juga tercatat sebagai anggota Komisi IV DPR Ini memberi beberapa rekomendasi saat pesta demokrasi mendatang berlangsung.

Rekomendasi pertama menyangkut kebijakan, dimana perlunya transparansi kepemilikan media, diversifikasi media, dan pelibatan generasi muda dalam forum legislasi oleh DPR dan pemerintah. 

KPU serta Bawaslu juga diingatkannya perlu memastikan kampanye digital menyertakan substansi program, menyediakan kanal fact-checking, dan mengadakan debat publik digital yang ramah Gen Z.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan