Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Kanselir Scholz Ingin Bujuk China? Misinya Tidak Akan Berhasil

Kanselir Jerman Olaf Scholz berkunjung ke China, guna membahas hubungan ekonomi dan mendiskusikan masalah politik global Eropa dan dunia.

SERGEI SUPINSKY / AFP
Presiden Prancis Emmanuel Macron berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) diapit oleh Perdana Menteri Italia Mario Draghi (kiri) dan Kanselir Jerman Olaf Scholz (kanan) di Istana Mariinsky, di Kyiv, pada 16 Juni 2022. 

Beijing membaca Scholz bukan seorang yang terlalu agresif. Opini media Global Times yang dikendalikan Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok menyuarakan pandangan itu.

Apakah misi Scholz akan berhasil? Apakah pengaruhnya kuat di mata Tiongkok?

Tampaknya di mata Beijing, Scholz dan Jerman akan dipandang biasa saja. Kolumnis Russia Today, Tarik Cyril Amar, memaparkan secara baik bagaimana hubungan Jerman-China dan kiprah Olaf Scholz.

Cyril Amar adalah sejarawan dari Jerman yang bekerja di Universitas Koç, Istanbul. Spesialisasinya tentang Rusia, Ukraina, Eropa Timur,dan  sejarah Perang Dunia II.

Jerman dan kanselirnya menurut Tarik Cyril Amar dinilai tidak memiliki kedudukan dalam politik internasional.

Pengaruh Jerman dalam hubungannya dengan Tiongkok pun juga dilihat tidak terlampau signifikan.

Secara ekonomi, hubungan Tiongkok-Jerman memang sangat besar dan kompleks. Banyak faktor yang penting; terdapat beberapa indikator yang relevan.

Misalnya investasi asing langsung di China, meski saat ini menurun.

Namun volume perdagangan secara keseluruhan cukup untuk menunjukkan Jerman tidak dapat bernegosiasi dengan Beijing dalam posisi yang kuat atau bahkan setara.

Data ekspor 2023 menunjukkan China masih menjadi mitra dagang terbesar Jerman, seperti yang dicatat oleh Bloomberg.

Hal ini bukanlah hal yang aneh di dunia saat ini: sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, Tiongkok adalah mitra dagang utama 120 negara.

Tiongkok juga merupakan mitra dagang (eksternal) terbesar bagi Uni Eropa secara keseluruhan.

Namun, dari sudut pandang Tiongkok, Jerman hanya menempati peringkat ke-8 tujuan ekspor, kalah dibandingkan AS, Jepang, dan bahkan dengan Vietnam.

Semua hal di atas tidak berarti hubungan ekonomi dengan Berlin tidak penting bagi Beijing. Hubungan tersebut lebih penting lagi bagi Berlin.

Di antara aktor-aktor rasional, pola saling ketergantungan seperti itu menjadi alasan dilakukannya kerja sama.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan