Tribunners / Citizen Journalism
Menyoal Penolakan Pengungsi Rohingya di Nanggroe Aceh Darussalam
Warga merasa kecewa karena sejumlah alasan terutama karena seolah Pemerintah Pusat memasrahkan nasib para pengungsi tersebut pada kemampuan mereka.
Mereka mengkhawatirkan apabila terus dipaksakan akan menyebabkan konflik antara warga, maupun warga dan pengungsi.
Pemerintah Provinsi NAD pada kondisi serba salah karena ketiadakaan mekanisme pemberian bantuan yang baku.
Pengalokasian sumber daya daerah, dikhawatirkan berpotensi menjadi temuan terutama karena Indonesia belum menjadi negara pihak sehingga belum terdapat landasan yuridis pengalokasian sumber daya daerah.
Hal ini telah berulang kali coba dikoordinasikan oleh Penjabat Gubernur Aceh Achmad Marzuki kepada Menko Polhukam.
Sebelumnya, Ketua Komisi I DPR Aceh Bidang Hukum, Politik, Pemerintahan dan Keamanan, Iskandar Usman Al-Farlaky, menilai sikap Pemerintah Pusat dan lembaga PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) tidak jelas dalam menangani pengungsi internasional.
Ia menyesalkan penanganan Pengungsi Rohingya saat ini justru dibebankan ke masyarakat, terlebih perihal bantuan makanan.
Hal-hal lain yang dinilai cukup mengkhawatirkan adalah fakta bahwa para pengungsi ini disinyalemen terkait dengan jaringan human trafficking dan tindakan-tindakan sejumlah oknum mereka yang dinilai tidak mengindahkan norma-norma yang berlaku di Tanah Rencong.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu, Polres Aceh Timur berhasil mengungkap tindak pidana penyelundupan manusia atau tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Kasus tersebut menyasar korban para imigran etnis Rohingya.
Hasil pengungkapan lebih lanjut, menurut Kapolres Aceh Timur, pelaku mengaku disuruh mengangkut imigran Rohingnya dan dijanjikan upah sebesar Rp 15 juta, namun baru menerima uang muka Rp 3 juta.
Polisi telah mengamankan 36 imigran Rohingya yang selanjutnya ditempatkan sementara di Lapangan Futsal Komplek Gedung Idi Sport Center (ISC).
Kuat dugaan, mereka ‘dilarikan’ ke Medan melalui jalur tikus menuju ke Malaysia. Kondisi ini sudah seharusnya ditelusuri lebih lanjut.
Urgensi Ratifikasi Konvensi 1951?
Indonesia akan ‘kebanjiran’ arus pengungsi dari Rohingya.
Selain tidak membaiknya eskalasi konflik di Myanmar, tingkat hunian camp pengungsi di Cox’s Bazar Bangladesh juga membeludak, dan badan PBB yang menangani pengungsi sesungguhnya telah teralihkan dengan peristiwa di Ukraina dan tragedi kemanusiaan di Palestina.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Respon Gubernur Aceh Mualem Soal Razia Plat BL Bobby Nasution di Langkat: Jangan Terpancing Emosi |
![]() |
---|
Bobby Nasution Razia Truk Pelat Aceh, Begini Respons Gubernur Aceh Mualem |
![]() |
---|
Bobby Nasution Dianggap Norak oleh DPR Aceh setelah Minta Truk Berpelat Aceh Diganti Pelat Sumut |
![]() |
---|
Dari Aceh hingga Papua, Pelajar Sekitar Pelabuhan Dinilai Harus Dapat Akses Belajar Setara |
![]() |
---|
BMKG Catat 3 Gempa Beruntun Pagi Ini, 24 September 2025: Dari Sulteng hingga Sumut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.