Kamis, 2 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pemilu 2024

Ancaman Koalisi Kebangsaan Untuk PDIP

Istilah koalisi besar kini mendengung antara KIB dan KIR dan menjadi poros baru sebagai koalisi kebangsaan.

Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo didampingi Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto memberikan keterangan pers usai menghadiri "Silaturahmi Ramadan" di Gedung DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023). PAN menyelenggarakan "Silaturahmi Ramadan" bersama parpol koalisi Pemerintahan untuk membicarakan hal yang berkaitan dengan komitmen kebangsaan dan juga keberlanjutan pembangunan ke depan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Hadirnya koalisi kebangsaan yang menggelinding kuat hari ini adalah ancaman besar bagi PDIP dan juga akan menggilas koalisi perubahan yang di bentuk Nasdem, PKS, dan Demokrat yang sudah sepakat mengusung capres Anies Baswedan.

Koalisi

Lazimnya, koalisi identik dengan perpaduan beberapa partai politik apakah dalam pemerintahan atau oposisi.

Peran koalisi bertujuan sangat mulia, bertindak untuk mempengaruhi kebijakan melalui berbagai institusi terkait dalam rangka kesatuan, kesetaraan andil peran, andil juang, andil gagasan, andil posisi dan sebagainya.

Di situ fungsi koalisi memfasilitasi berbagai upaya dari anggota koalisi dalam rangka mewujudkan kepentingan-kepentingan bersama yang akan disepakati bersama untuk tujuan bersama.

Haris, Syamsuddin (2004) merinci model koalisi dalam tiga kategori. Pertama, koalisi pemenang minimal, menunjuk pada pemerintahan yang mendapatkan dukungan mayoritas sederhana di parlemen.

Jokowi selama dua periode, PDIP menaklukkan lawan-lawannya dengan cara memaksimalkan peran legislatif dan eksekutif dalam mengambil setiap langkah kebijakan tertentu dalam syarat koalisinya di parlemen secara politik.

Kedua, koalisi minoritas atau trend disebut oposisi.

Ini teraplikasi sebuah koalisi pemerintahan dari partai-partai kecil dan karena itu tidak mendapat dukungan mayoritas sederhana di parlemen.

Kejadian koalisi minoritas sekarang diperankan oleh koalisi perubahan yang digawangi oleh Nasdem, Demokrat serta PKS dalam mencari celah kemenangan baru menuju Pemilu 2024 yang mengusung Anies Baswedan sebagai capresnya atas keterwakilan partai-partai “minoritas opisisi” dan semi “koalisi” (Nasdem) atau partai yang kalah perolehan kursi parlemennya di bawah PDI-P, Golkar, dan Gerindra.

Ketiga, koalisi besar.

Ini sebenarnya diperankan PDIP.

Namun, istilah koalisi besar kini mendengung antara KIB dan KIR dan menjadi poros baru sebagai koalisi kebangsaan.

Sebuah ancaman serius bagi PDIP jika tidak segera merakit kapal koalisi lamanya atau merapikan koalisi barunya.

PDIP sadar akan koalisi besar yang pecah menjadi koalisi-koalisi baru seperti koalisi barisan KIB yang di-drive Golkar, PAN, PPP serta koalisi KIR yang di bentuk Gerindra dan PKB.

Bahwa partai pemenang kedua pemilu 2019, Golkar dan pemenang ketiga pemilu 2019, Gerinda justru menyatu ingin meninggalkan koalisi besar semula dengan PDIP.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved