Tribunners / Citizen Journalism
Timnas Indonesia
Polemik JIS Tak Layak FIFA Matchday, Dari JIS Semestinya Era Baru Sepakbola Indonesia Bermula
Jika stadion seperti JIS disebut hanya cocok di kota-kota besar seperti Madrid, London, atau Milan–yang punya stadion besar nan megah, tentulah keliru
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Nah, ini yang menarik. PSSI sendiri, melalui Sekjen Yunus Nusi, menyatakan bahwa pembangunan JIS ini disupervisi oleh FIFA. Artinya, semuanya telah sesuai dengan aturan dan standar yang ditetapkan Badan Sepak Bola Dunia itu.
Namun, dia juga menyebutkan pembangunan JIS sendiri tidak melakukan koordinasi dengan pihaknya. Atas keterangan itu, banyak yang bertanya sebenarnya standar manakah yang harus dipenuhi?
Membangun stadion nan besar, megah, dan modern – serta memakan biaya yang mencapai Rp 4,5 triliun, tentuah tidak akan dilakukan serampangan.

Pembangunan JIS dirancang oleh Buro Happold, konsultan perencana dari Inggris, yang memiliki pengalaman internasional dalam merancang stadion-stadion sepak bola modern seperti Tottenham Hotspur Stadium di London dan beberapa stadion di Piala Dunia Qatar 2022. Sampai sekarang tak ada berita bila stadion-stadion tersebut tak memenuhi standar yang ditetapkan FIFA.
Namun apa pun keputusan PSSI itu tentu patut dihormati. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pun hanya bisa tersenyum dengan keputusan tersebut.
Kepada wartawan yang bertanya perihal itu, dia malah balik bertanya, “Apa mungkin ya?”.
Anies sendiri kemudian meminta kalangan media untuk melakukan investigasi soal kekurangan JIS seperti yang ditunjukkan PSSI itu.
Kehadiran JIS tentu patut disyukuri. Bukan semata karena Jakarta telah memiliki sebuah stadion yang megah melainkan juga, kehadiran stadion megah bisa jadi tonggak era baru pengelolaan sepak bola Indonesia. Di sanalah semestinya era baru sepak bola Indonesia bermula.
Jika stadion seperti JIS disebut hanya cocok di kota-kota besar seperti Madrid, London, atau Milan – yang punya stadion besar nan megah, tentulah keliru.
JIS telah hadir di Jakarta, Indonesia, dengan semua perencanaannya yang mengikuti trend yang terjadi di kota-kota besar itu.
Lahan parkir JIS, misalnya, yang hanya menyediakan untuk 800 kendaraan roda empat merupakan upaya menarik suporter datang ke stadion tidak dengan kendaraan pribadi melainkan ramai-ramai dengan transportasi publik.
Seperti halnya stadion modern di negara-negara Eropa, suporter di sana pun lebih lazim menggunakan kereta atau bus untuk sampai ke stadion.
Untuk akses menuju stadion, dalam waktu dekat dibangun stasiun comutter-line dan LRT fase dua yang menghubungkan Kelapa Gading ke JIS. Seperti diungkapkan Plt Direktur Jakpro, Arry Wibowo, bahwa pembangunan JIS tidaklah berhenti setelah diresmikan Juni lalu.
Proses selanjutnya adalah membangun JIS sebagai kawasan olahraga terpadu.
Adapun Pembangunan JIS akan mengikuti perkembangan tata kota khususnya di Jakarta yang tidak membebani lingkungan sekitar seperti kemacetan dan dampak lainnya.
“Jadi, nanti akan banyak akses transportasi massal yang bisa diakses pengunjung," katanya pada sebuah media.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.