Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pemilu 2024, Malaise Partai Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

Direktur Center of Democracy Studies (CDS) M Tahir Wailissa memberikan catatannya soal Malaise Partai Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia.

Editor: Adi Suhendi
Istimewa
M Tahir Wailissa, Direktur Center of Democracy Studies (CDS) memberikan catatan soal Pemilu 2024. 

Melalui edukasi publik yang baik, Pemilu 2024 diharapkan mampu menghasilkan tingkat partisipasi yang baik bagi suksesi agenda-agenda demokrasi.

Sebab pesta demokrasi harus dimaknai secara luas dan tidak pada momentum pemilu semata, kebijakan dan keputusan Penyelenggara Pemilu sangat menentukan masa depan demokrasi Indonesia.

Tiap-tiap kebijakan harus mampu menjawab problematika kebangsaan kita, terutama tentang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.

Menerobos dinding prosedural hingga menemukan subtansi yang paling tampak dari konstitusi.

Partai dan Sistem Kepartaian

Dasar-dasar kepartaian secara subtansi hampir bersamaan dengan keberadaan perkembangan hidup umat manusia.

Sebagai mahluk individu, hidup berkelompok adalah tabiat alamiah manusia seperti dipopulerkan oleh Aristoteles dengan istilah zoon politicon.

Menurut Aristoteles, pengelompokan hidup manusia bermula dari persekutuan (partnership) dalam kehidupan rumah tangga, lalu berkembang menjadi perkampungan (small city) hingga dalam persekutuan politik yang lebih besar (negara).

Baca juga: Mahkamah Konstitusi Tolak Gugatan Partai Gelora soal Pemilu Serentak

Tahapan persekutuan yang terus mengalami perkembangan, dari keluarga, suku, etnik, ras dan keyakinan serta identitas dan nilai kultural yang secara inheren melakat dan membentuk ikatan emosiomnal.

Selanjutnya pada tingkat interaksi dan integrasi telah membentuk keberagaman nilai.

Praktik pengelompokan tersebut dapat dimaknai sebagai (partai) yang menjadi bagian penting dalam bangunan demokrasi Yunani kuno.

Perkembangan kepartaian selanjutnya bergerak melintasi sekat-sekat sempit menuju persekutuan gagasan yang didasarkan pada kesamaan sudut pandang pemikiran dan kepentingan secara alamiah membentuk pengelompokan sekat nilai dan melembaga dalam bentuk idiologi serta menjadi identitas dan sikap politik melalui pengorganisasi ide secara permanen yang akan diperjuangkan dalam system politik.

Seymour Martin Lipset dan Steyn Rokkan (London and New York, 2005) melalui pendekatan sosiologi menguraikan dinamika keberadaan kelompok sosial sebagai dasar terbentuknya partai dan system kepartaian melalui konsep cleavage.

Baca juga: Kemendagri Harap Pelaksanaan Pilkada 3 DOB Papua Digelar Bersamaan Saat Pemilu 2024

Dimana keberadaan kelompok sosial dilatar belakangi oleh beragam nilai dan kepentingan dan nilai keyakinan yang dikontruksi oleh waktu dan tempat serta bersedimentasi dalam sejarah, budaya, kepentingan, dan nilai keyakinan yang dianut manusia dalam kehidupan bersama.

Seluruh proses tersebut tidak terlepas dari kemampuan pikiran manusia merekam dan mengasosiasikan waktu secara sistematis berbagai peristiwa yang berlangsung untuk selanjutnya melakukan rekontruksi dan usaha-usaha transformatif ke arah yang lebih bermatabat.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved