Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

KH. Imam Jazuli: Pesantren Harus Membuldoser Mentalitas Kaum Terjajah

saya ingin mengajak untuk membuldoser mentalitas kaum terjajah (inlander mentality) yang sudah lama mencengkeram masyarakat.

Editor: Husein Sanusi
zoom-inlihat foto KH. Imam Jazuli: Pesantren Harus Membuldoser Mentalitas Kaum Terjajah
Pesantren Bina Insan Mulia.
KH. Imam Jazuli

”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia,” (HR. Abu Dawud).

Sayangnya, doa itu hanya diucapkan dari mulut kemudian berharap ada keajaiban yang turun dari langit. Mana bisa? Allah akan mengabulkan doa ketika seseorang mengusahakan apa yang didoakan. Syarat agar usahanya berhasil dengan baik adalah ada praktik yang konsisten dan punya ilmu di bidangnya.

Konsep diri yang lemah akan membuat orang itu lemah. Lemah mentalnya, lemah semangatnya, lemah pikirannya. Sudah pasti akan membuat tindakannya juga lemah. Karena itu perlu dibuldoser dari luar dan dari dalam.

Dalam sejumlah riset di bidang psikologi terungkap bahwa konsep diri seseorang sangat terkait dengan motivasinya, terkait dengan rasa bahagia yang dialaminya, dan terkait dengan tingkat kepercayaan diri. Orang mudah merasa sengsara jika konsep dirinya lemah. Orang mudah minder jika konsep dirinya lemah. Orang mudah bermalas-malasan jika konsep dirinya lemah.

Bahkan ada hasil riset lain yang perlu dijadikan referensi oleh lembaga pendidikan. Bahwa pembeda suatu lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan orang-orang hebat dan orang-orang biasa ternyata bukan di bangunannya, di kurikulumnya, atau kiainya terkenal atau tidak. Itu nomor sekian.

Lalu apa yang sering menjadi penentu utama? Ada empat hal utama, yaitu: 1) konsep diri, 2) life skills atau kecakapan hidup yang diajarkan di lembaga itu, 3) learning to learn atau cara belajar yang diajarkan di lembaga itu, dan 4) mata pelajaran. Jadi, yang pertama adalah konsep diri. Justru kurikulum nomor 4.

Kita bisa melihat bukti-buktinya di lapangan. Kenapa ada sekolah-sekolah tertentu atau pesantren tertentu yang sudah biasa menelorkan orang-orang hebat dan kenapa yang lain tidak begitu? Kalau dilihat pelajarannya ya mungkin sama. Nahwunya dimana-mana ya paling Imrithi, Alfiah atau Nahwul Wadhih dan sejenisnya. Yang berbeda adalah konsep diri yang dihembuskan kiai-kiai dan guru-guru kepada para santri di lembaga itu.

Sebagai salah satu pesantren di Indonesia, saya tentu bertekad agar Bina Insan Mulia menjadi pesantren yang bisa menghantarkan banyak orang hebat. Orang hebat menurut definisi pesantren tentu berbeda dengan definisi industri. Bagi pesantren, orang hebat adalah orang yang bisa memperjuangkan kemaslahatan di masyarakat dengan nilai-nilai tauhid.

Saya yakin, empat hal di atas dapat kita lakukan apalagi pesantren memiliki senjata lagi, yaitu doa dan hidayah. Pesantren harus menelorkan banyak alumni yang dapat mempengaruhi perubahan masyarakat dan itu langkah awalnya adalah membuldoser mentalitas kaum terjajah.

Hijrah Nawaitu

Dulu, Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah, dari Makkah ke Yatsrib, dari Makkah ke Etiopia secara fisik, pikiran, dan hati. Umat Islam berhijrah untuk melakukan transformasi besar saat perjuangannya di Makkah menemui jalan buntu.

Sekarang ini, hijrah tidak harus selalu dengan fisik seperti dulu. Tetapi hijrah dengan hati dan pikiran tetap harus dilakukan saat dibutuhkan.

Sebagai panutan di masyarakat, saya rasa penting jika para kiai atau pimpinan lembaga pendidikan Islam untuk mengajak masyarakat berhijrah secara pikiran dan hati ke keadaan yang lebih bercahaya (madinah munawwaroh).

Dengan ucapan yang terdengar pedas di atas bagi sebagian orang, sebetulnya saya ingin mengajak masyarakat untuk berhijrah. Tentu, tidak bisa seseorang mau melangkahkan kakinya ke tempat yang baru jika tidak siap untuk meninggalkan yang lama. Tidak bisa masyarakat menerima mindset baru sebelum ada kesiapan untuk meninggalkan mindset lama.

Kepada lulusan SMK, Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf Internasional (MAUBI), SMA Unggulan Bertaraf Internasional Bina Insan Mulia, saya mendorong mereka untuk melanjutkan ke perguruan tinggi di berbagai negara. Semula, dorongan ini banyak yang menampik bukan karena tidak mau, tapi tidak tahu bagaimana caranya ke sana. Pesantren kemudian memfasilitasi santri-santri Bina Insan Mulia untuk melanjutkan sekolahnya di luar negeri.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved