Sabtu, 4 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Menelusuri Mistisisme Ajaran Sunan Kalijaga dalam Bait-bait Tembang Lingsir Wengi

Setiap tembang yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga memiliki makna dan misi penyebaran agama Islam di Tanah Jawa.

Editor: Choirul Arifin
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
MASJID KALI PASIR - Masjid Kali Pasir, yang merupakan bangunan masjid tertua di Kota Tangerang yang didirikan oleh Tumenggung Pamit Wijaya pada tahun 1576, Selasa (1)20/4/2021). Keunikan masjid ini mempunyai 4 tiang penyangga dari kayu jati yang salah satunya merupakan pemberian dari Sunan Kalijaga, sedangkan cungkup atap masjid yang berlokasi di Kampung Kali Pasir, Jalan Masjid Rt 01/04 Kelurahan Sukasari ini diberikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa, yang secara kebetulan salah satu isterinya yaitu Ratu Siti Uria Negara di makamkan di lokasi ini. Salah satu daya tarik masjid yang lokasinya hanya 50 meter dari Kali Cisadsbe dan 100 meter dari Kelenteng Boen Tek Bio inI adanya makam keramat seorang ulama perempuan Nyai Ratu Hj Murtafiah, yang merupakan keponakan dari Dyeikh Nawawi Al Jawi Al Bantani, yang hingga kini masih diziarahi orang. Aktifitas ramadan di masjid ini tetap hidup sepanjang umur masjid tua ini. WARTA KOTA/NUR ICHSAN 

Oleh Dede Gumilar*)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di masa lalu saya dan beberapa teman takut akan hal mistis, apalagi saat kami menginap bersama di salah satu rumah teman pada malam Jum’at, khususnya di malam Jum’at kliwon.

Kami suka menyimak acara “Nightmare Side” yang disiarkan oleh sebuah stasiun radio di Bandung, Ardan.

Siaran ini menceritakan kisah-kisah mistis di masyarakat dengan dibumbui lagu-lagu dan back sound yang memberi kesan serem.

Misalnya, diputarnya tembang Jawa, Lingsir Wengi pada awal acara dengan ditingkahisuara teriakan tertawa mirip kuntilanak yang membuat suasana mencekam.

Lingsir Wengi berasal dari Bahasa Jawa yang berarti 'beranjak malam'. Hal ini tidak terlepas dari kisah perjalanan Raden Mas Said atau lebih dikenal sebagai Sunan Kalijaga dari Kesultanan Demak yang menciptakan tembang Lingsir Wengi.

Ada juga seni budaya lokal yang dimodifikasi menjadi sarana dakwah oleh Sunan Kalijaga.

Misalnya, wayang kulit. Sunan Kalijaga konon dikenal sebagai orang yang pandai dalang. Kegiatan ini dilakukan setelah Masjid Demak diresmikan.

Kegiatan mendalang biasanya dilaksanakan setelah shalat Jum’at sebagai media dakwah bagi masyarakat yang sudah menerima ajaran Islam maupaun yang belum menerima ajaran Islam.

Sunan Kalijaga juga diyakini banyak berperan dalam penataan kota-kota di Pulau Jawa di masa lalu. 

Di pusat pemerintahan basanya terdapat istana, alun-alun dan masjid yang saling berdekatan dan setiap bagian-bagiannya memiliki makna filosofi yang sangat penting.

Selain pada tata kota, Sunan kalijaga juga memberikan makna pada alat-alat pertanian seperti luku dan pacul yang sangat erat dengan masyarakat petani pada masanya.

Baca juga: Makam Sunan Kalijaga Ditutup Sementara, Peziarah Tetap Berdoa di Depan Pintu Masuk

Alat lainnya adalah bedug, yang merupakan prakarsa Sunan Kalijaga, digunakan sebagai bunyi-bunyian di masjid untuk memanggil orang agar berangkat shalat lima waktu.

Ada juga tradisi gerebeg Maulid, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tentunya selain seni budaya diatas ada juga tembang-tembang yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga seperti tembang Dangdang Gula, Lir Ilir, Kidung Rzumekso Ing Wengi dan Lingsir Wengi.

Baca juga: Kisah Gong Kuno Peninggalan Sunan Kalijaga di Kampung Utan Malang Bogor

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved