Blog Tribunners
Virus Corona
Menjawab Kapan Covid-19 ''Game Over''?
Wabah Covid-19 ini tidak sama dengan game online sejenis Mobile Legend, Battleroyale, Free Fire dan lain-lain, yang mengenal istilah game over
Ada yang bersumber dari institusi pemerintah, ada yang bersumber dari akademisi, sampai perkiraan para ulama, hingga paranormal.
Jika “percaya” adalah “vitamin” yang bisa menimbulkan rasa optimisme, rasanya boleh-boleh saja. Meski begitu, kebijakan memilah informasi tetap saja diperlukan. Tetap saja, akal sehat harus dikedepankan.
Wabah Covid-19 ini tidak sama dengan game online sejenis Mobile Legend, Battleroyale, Free Fire dan lain-lain, yang mengenal istilah game over. Tapi jika Anda menganggap ini sejenis game online, baiklah mari kita berimajinasi.
“Game” Covid-19 ini melibatkan pemain seluruh bangsa. Jika anda “mati” tertembak musuh di game online, artinya Anda tidak sebenar-benarnya mati. Sedangkan, serangan virus corona, benar-benar bisa membunuh dalam arti sebenarnya.
“Game” Covid-19 juga bukan everlasting game. Ia memiliki durasi. Bisa selesai dalam hitungan bulan, bisa juga dalam hitungan tahun. Berbagai kebijakan yang telah dijalankan selama ini, termasuk penetapan status darurat kesehatan, pemberlakukan PSBB, serta pelaksanaan secara ketat protokol kesehatan di setiap lapis masyarakat, adalah strategi menggempur corona.
Kapan “game over”-nya, jawaban pasrah tetapi realistis adalah, “Hanya Tuhan yang tahu pasti.” Yang bisa kita lihat saat ini, adalah sebuah progres. Gerak maju ke arah kemenangan. Ingat. Sudah banyak nyawa melayang. Termasuk para dokter dan tenaga medis.
Berulang kali, Letjen TNI Doni Monardo, sebagai “panglima perang melawan Covid-19” menyatakan concern-nya untuk sebuah tekad, “Yang sakit menjadi sehat, yang sehat tetap sehat.” Semua kebijakan, tidak sekalipun diambil tanpa mempertimbangkan tekad tadi.

Karenanya, perlindungan terhadap warga agar tidak terpapar corona menjadi perhatian utama.
Bukan hanya itu, kebijakan kelonggaran PSBB juga dilakukan atas dasar pertimbangan, menghindarkan sebagian besar masyarakat kita tidak terkapar akibat PHK. Dalam banyak kesempatan, Doni Monardo menyitir ungkapan hungry man becomes angry man.
Artinya, kebijakan “kelonggaran” tadi adalah satu langkah warming up memasuki tahap rehabilitasi. Rehabilitasi itu sendiri, bagian dari PASE (Pemulihan Aktivitas Sosial Ekonomi). Inilah salah satu bentuk strategi Gugus Tugas dalam mengimplementasikan instruksi Presiden.
Untuk diketahui, PASE ini adalah fase ketiga dari lima tahapan penanganan Covid-19. Dua yang pertama adalah “Mengendalikan Covid-19” dan “Meningkatkan Ketahanan”. Setelah itu baru PASE.
Ke depan, kita harapkan, bangsa ini bisa memasuki fase “Implementasi ‘The Next Normal’”dan “Transformasi”. Usai fase ini, barulah kita bisa menyatakan “Game Over” terhadap Covid-19.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.