Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pencegahan Wabah bisa jadi Penggerak Ekonomi

⦁ Saat ini terdapat 29,3 juta keluarga atau 99,3 juta jiwa yang masuk dalam daftar Data Terpadu TNP2K. Data tersebut merupakan kelompok masyarakat

Editor: Rachmat Hidayat
www.covid19.go.id
Update penyebaran virus corona hari Selasa 24 Maret 2020 

Kajian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pandemi virus Covid-19 atau yang umum disebut virus Korona di masyarakat kian hari semakin menjangkiti perekonomian Indonesia. Dampak ekonomi akibat virus ini semula hanya menggerus sisi eksternal perekonomian Indonesia melalui kenaikan sejumlah komoditas impor dari China.

Namun, seiring penyebaran virus yang sangat cepat [Sampai dengan 23 Maret 2020, sebanyak 579 orang di Indonesia positif Korona, sembuh 30 orang, dan 49 meninggal dunia (Pusat Informasi Covid-19, 2020)], stabilitas perekonomian pun terkena dampak.

Baca: Alami Stres Akibat Informasi Berlebih Soal Corona? Ini Cara Mengatasinya

Nilai tukar Rupiah terus melemah tajam, sementara pasar bursa pun meradang seiring laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi dalam. Pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan akan melambat drastis, terkikis oleh penjalaran dampak virus ke berbagai sektor di perekonomian.

Pandemi memang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi, namun tanpa upaya sigap dari pemangku kebijakan untuk selamatkan nyawa penduduk Indonesia, maka optimisme perekonomian tidak akan pernah datang. Optimisme dan sentimen positif ekonomi baru akan terjadi jika pandemi Covid-19 dapat diatasi, setidaknya menunjukkan tanda-tanda terkendali dan akhirnya dapat diselesaikan.

Jadi, kemampuan Pemerintah dan para pemangku kepentingan ekonomi untuk secara bersama-sama mengalokasikan sumber daya secara optimal menangani masalah kesehatan ini akan sangat menentukan jalannya roda perekonomian ke depan.

Baca: Pertamina Lakukan Disinfektasi di Ring I Integrated Terminal Surabaya

Tanpa ini sepertinya puluhan jurus stimulus perekonomian pun tidak akan mempan menggeliatkan perekonomian. INDEF melakukan analisis dampak ekonomi atas pandemi Covid-19 ini, serta mengusulkan sejumlah rekomendasi kebijakan sebagai berikut:

1. Urgensi Karantina Wilayah
⦁ Mencegah penyebaran Covid19 dalam kelurahan/desa yang banyak kasus positif/ODP/PDP dan ke kelurahan sekelilingnya setidaknya untuk 2 (dua) minggu ke depan. Penentuan kelurahan yang dikarantina berdasar batas jumlah positif per penduduk (densitas) berdasar konsensus ahli epidimologi.

Warga dalam kelurahan yang di karantina dapat keluar rumah setiap 2-3 hari hanya untuk membeli makanan, obat-obatan dan keperluan dasar lainnya Pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan unconditional cash transfer (bantuan dana tanpa syarat) pada masyarakat yang pekerja harian/informal/rentan (khususnya yang belum mendapat bantuan sosial) dengan menggunakan teknologi (mobile banking, digital money, dll) yang memudahkan pencairan.

⦁ Memastikan sosialisasi pada tingkatan paling bawah berdasarkan data dan informasi akurat. Pihak kelurahan/desa, RT/RW, tokoh masyarakat harus dilibatkan secara masif oleh pemerintah Kota/Kabupaten. Pelibatan organisasi pemuda, organisasi masyarakat, organisasi keagamaan maupun organisasi lainnya menjadi sangat penting.

Baca: Covid-19: Tanggung Jawab Media Versus Nilai Ekonomi

⦁ Pentingnya meningkatkan pengawasan “social distancing” mulai dari diri sendiri, keluarga hingga lingkungan sekitar. Pelibatan aparat pemerintah, baik sipil, tentara dan kepolisian sangat penting mengingat himbauan saja tidak cukup. Untuk itu, penegakan hukum penting dilakukan yang dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat.

2. Realokasi Anggaran Berfokus Pada Penanganan Pandemi Covid-19
⦁ Pemerintah berencana akan melakukan realokasi anggaran K/L sebesar Rp 10 Triliun. Jumlah realokasi anggaran K/L tersebut masih terlampau kecil dibandingkan dengan kebutuhan penangana Covid-19 secara nasional.

Kebutuhan realokasi anggaran tersebut harus diprioritaskan pada upaya pengadaan untuk alat Rapid Test, pelaksanaan Test Massal Corona, Alat Pelindung Diri (APD) untuk petugas medis, pengadaan tempat tidur dan kamar rumah sakit, tambahan petugas medis, obat-obatan, masker dan lain sebagainya.

⦁ Perlunya pengadaan infrastruktur kesehatan yang lebih besar, tidak hanya rumah sakit di Pulau Galang dan Wisma Atlet Kemayoran saja, namun rumah sakit-rumah sakit daerah yang kapasitasnya terbatas menangani virus Covid-19. Ini penting mengingat rumah sakit daerah tidak dapat menampung pasien maupun suspect Covid-19 yang cenderung meningkat akhir-akhir ini.

Baca: Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh Melambat karena Corona, Hanya 4,1-4,5 Persen Tahun Ini

3. Guncangan (Shock) yang Terjadi Akibat Covid-19 Tidak Hanya Dari Sisi Konsumsi (Demand) Tetapi Juga Produksi (Supply)
⦁ Praktik social distancing membuat shock pada sisi produksi (supply) yang terlihat dari penutupan pabrik dan kegiatan produksi. PHK tidak terelakan dan akan menurunkan daya beli masyarakat, akibatnya konsumsi barang menurun.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved