Tribunners / Citizen Journalism
Mengantisipasi Resesi Ekonomi 2016
Belum juga kita dalam kecepatan penuh menjalani kehidupan awal 2016, Indonesia sudah terancam dihempas resesi ekonomi dunia
Editor:
Rachmat Hidayat
Mengabaikan kelebihan hal ini, akan memosisikan Indonesia sebagai obyek dari pergumulan ekonomi global tak berkesudahan. Pergumulan itu menempatkan kerjasama ekonomi bukanlah variabel yang sama dan sebangun dengan persaingan itu sendiri.
Pesannya adalah, setiap negara (atau pribadi atau badan usaha) yang fundamental ekonomi makronya rapuh, pasti akan menjadi kurban perang ekonomi itu.
Secara sistemik berarti ancaman resesi 2016 akan menahan laju pertumbuhan ekonomi, menyurutkan putaran mesin perekonomian, dan memukul daya beli masyarakat.
Situasi inilah yang mendorong saya untuk memperbaiki proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016. Di hadapan Komisi XI DPR-RI dan Komite IV DPD-RI saat merespon RAPBN 2016 dan Nota Keuangan, saya memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 berkisar 4,8-5,2 persen.
Dengan kondisi internal yang efektivitas kebijakannya agak lemah, kini saya memroyeksi 4,8-5,0 persen.
Karenanya upaya mengatasi 11,2 persen kemiskinan, penurunan pengangguran menjadi 5,9 persen, dan menurunkan rasio ketimpangan (Gini rasio) menjadi di bawah 0,432 menghadapi tantangan berat. Apalagi pasar domestik bakal lebih seru
diserang karena efektifnya MEA yang berarti soko guru perekonomian bangsa (UMKM dan Koperasi) juga akan ketat bersaing dengan UMKM negara tetangga. Jika masyarakat tidak boleh manja, saya setuju.
Tapi, di mana peranan negara dalam rangka memenuhi amanat Alinea IV Kata Pembukaan UUD 1945, saya belum bisa menjawabnya. Uraian di atas adalah bentuk kewaspadaan yang mesti dibangun bangsa Indonesia guna tegaknya kedaulatan ekonomi negara.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.