Jumat, 3 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Komunis & Perokok: Tentang Dua Skenario Genosida

Ini awal Oktober. Tepat 47 tahun silam, hingga berbulan-bulan selanjutnya, serentetan pesta pembunuhan

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Komunis & Perokok: Tentang Dua Skenario Genosida
TRIBUNNERS/IQBAL AJI DARYONO
Among Tebal upacara pembukaan musim tanam tembakau di Lamuk Temanggung

Di sinilah kekuatan sebuah pressure group dikukuhkan, sehingga kelompok ini menjadi begitu kuat dengan ilusi-ilusi yang dilesakkan ke dalam ‘kesadaran’ sekaligus ‘ketidaksadaran’ mereka. Jika sudah demikian, situasinya persis dengan manakala Sarwo Edhi beserta serdadu RPKAD tak lagi perlu membuang tenaga untuk menyembelih orang-orang komunis (maupun yang dituduh komunis), sebab para calon mangsa itu sudah dihadapi dengan mata memerah dan parang terhunus oleh tetangga-tetangga terdekat mereka.

Gong-nya adalah agama dan fatwa dari para pemuka. Rokok dan asap tembakau bukan lagi domain monopoli Departemen Kesehatan dengan label “B-E-R-B-A-H-A-Y-A”. Ranah itu sudah direbut oleh rumah-rumah ibadah, sehingga bandrol yang dipampangkan menjadi: “H-A-R-A-M”. Betul, tampaknya hampir mendekati peristiwa ‘order fatwa’ dari tentara kepada kiai, terkait kalangan komunis di tahun 1965.   

Dalam sisi ini, sejatinya ulama tak bisa disalahkan sepenuhnya. Memang ditengarai ada gelontoran fulus miliaran rupiah untuk memuluskan keluarnya fatwa haram rokok, kepada sebuah organisasi Islam modern di Indonesia. Namun tak dapat disangkal, banyak kelompok religi lain yang melarang rokok benar-benar murni karena pertimbangan moral maupun hukum agama. Sebab, apa pun yang merusak diri sendiri, kata aturan moral itu, layak diharamkan. Problemnya, apakah para pemegang otoritas keagamaan itu paham apa yang sesungguhnya terjadi? Nilai yang mereka pegang memang mulia, tapi landasan fakta objektif yang mereka genggam entah benar tidaknya. Tak banyak yang paham bahwa landasan itu mayoritas abal-abal, mengandung setumpuk tendensi kotor pertempuran bisnis demi uang, bahkan sebagian besar berisi dusta ilmiah yang begitu kurang ajar? 

Tapi, yahhh, fatwa agama tetap saja fatwa agama. Bukan lagi rasionalitas dan pemahaman peta yang akan menyambutnya, melainkan taklid secara gelap mata. Perang suci terhadap rokok pun kian bersimaharajalela. Rokok, tiba-tiba menjadi musuh Tuhan yang harus ikhlas menerima azab dunia.

Maka, kita tinggal menanti, apakah pada saatnya nanti “genosida eksistensial” benar-benar akan terjadi pada para konsumen rokok, petani tembakau, pabrik rokok, buruh pabrik rokok, sales rokok, pengasong rokok, dan siapa pun yang terkait dengan rokok? Sebagaimana dulu bangsa ini menistakan orang-orang komunis dan sesiapa saja yang ‘tersangkut’ dengannya?

Iqbal Aji Daryono

(simpatisan Komunitas Kretek, aktif di Twitter dengan akun @iqbalkita)

 TRIBUNNERS POPULER

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved