Minggu, 5 Oktober 2025

Blog Tribunners

Catatan Sepakbola

Naturalisasi sebagai Jalan Pintas PSSI

Bayu, yang masih duduk di kelas enam Sekolah Dasar, memiliki satu mimpi dalam hidupnya: menjadi pemain sepakbola hebat.

Penulis: Komang Agus Ruspawan
Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Naturalisasi sebagai Jalan Pintas PSSI
FACEBOOK
Komang Agus Ruspawan

Langkah PSSI melakukan naturalisasi ini tak lebih dari sistem pembinaan yang gagal total. PSSI hanya sibuk mempertahankan posisi Nurdin Halid sebagai Ketua Umum yang memiliki reputasi buruk di mata masyarakat pencinta sepakbola Indonesia.

Selama ini PSSI hanya fokus menggelar ISL yang diikuti klub-klub profesional. Ini karena ISL memiliki dana melimpah dari sponsor. Ini menjadi ladang penghasilan PSSI.
Sementara kompetisi tingkat junior yang menjadi muara lahirnya pemain-pemain berbakat tidak lagi mendapat perhatian. Bisa ditebak, kompetisi ini minim sponsor.

PSSI memang sudah menginstruksikan klub-klub ISL membina pemain-pemain muda lewat tim juniornya. Namun usaha tersebut menjadi mentah karena kebijakan dari PSSI yang memperbolehkan tiap klub diperkuat lima pemain asing.

Kondisi ini membuat kesempatan pemain muda untuk tampil guna menambah jam terbang menjadi kecil. Pemain-pemain muda lokal hanya menjadi pelengkap tim, paling untung duduk di bangku cadangan.
Alhasil, kini regenerasi di Timnas Indonesia begitu jomplang. Tidak ada lagi penerus Bambang Pamungkas yang sudah memasuki usia 30 tahun. Sekian tahun Timnas hanya mengandalkan wajah-wajah yang itu-itu saja.

Kegagalan pembinaan itu terlihat jelas dalam berbagai ajang di tingkat junior. Yang masih melekat di ingatan kita --dan sangat sulit dipercaya-- adalah kekalahan Timnas U-16 0-2 dari Timor Leste pada Kejuaraan Sepakbola U-16 Asia Tenggara di Solo, belum lama ini.

Sebelumnya, Indonesia juga kalah dari tim sekelas Laos 0-2 pada penyisihan Grup B SEA Games XXV Laos, Desember lalu. Laos negara kecil yang dalam sejarah tak pernah menang atas Indonesia.
Di tingkat senior, prestasi sepakbola Indonesia juga makin terpuruk. Sejak tahun 1991 usai meraih medali emas di SEA Games, Indonesia tak pernah lagi meraih prestasi membanggakan.

Satu-satunya gelar yang didapat adalah Piala Kemerdekaan 2008 setelah Libya memilih WO di babak final menyusul aksi tak sportif yang dilakukan ofisial timnas pada pelatih Libya saat jeda.

Indonesia memang sempat memberi kebanggaan saat tampil heroik pada Piala Asia 2007 di Jakarta. Namun setelah itu timnas kembali melempem, bahkan untuk kali pertama gagal lolos ke Piala Asia 2011.

Inilah wajah persepakbolaan Indonesia. Penuh dengan masalah di tubuh PSSI dan buram dengan prestasi. Kekecewaan masyarakat sepakbola Indonesia pun sudah terakumulasi.

Kini PSSI berupaya memperbaiki citranya lewat jalan pintas dengan naturalisasi. Skuad timnas akan diisi pemain-pemain asing, yang tidak hafal apalagi menjiwai lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Kalau begitu, masih adakah rasa kebanggaan kita terhadap timnas?

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved