Minggu, 5 Oktober 2025

Lokal Asri

6 Cara Bertanggung Jawab Menjelajahi Alam Indonesia Lewat Ekowisata

6 cara bertanggung jawab menikmati keindahan alam Indonesia lewat ekowisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Wikimedia Commons
EKOWISATA ALAM INDONESIA – Taman Nasional Baluran, sabana luas yang dijuluki “Africa van Java.” Destinasi wisata alam ini menawarkan lanskap eksotis dengan keanekaragaman hayati yang kaya, ideal untuk trekking dan birdwatching (Wikimedia Commons). 

TRIBUNNEWS.COM - Alam Indonesia dikenal dengan keindahannya yang penuh pesona. Mulai dari pegunungan yang berselimut kabut di Papua hingga pasir putih tersembunyi di Pulau Kei, semua memiliki lanskap luar biar biasa yang terbentuk secara alami. 

Namun, tanpa kita sadari, destinasi tersebut juga memiliki rapuh jika tidak dijaga secara sungguh-sungguh. Karena itu, tren ekowisata atau wisata alam berkelanjutan kini makin relevan.

Apa Itu Ekowisata?

Ekowisata adalah salah satu bentuk kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan, dengan tiga pilar utama, yaitu konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, serta mengutamakan aspek edukatif.

Konsep yang juga dikenal sebagai ekoturisme (ecotourism) ini muncul sebagai respons atas dampak negatif dari pariwisata konvensional, seperti kerusakan lingkungan, tergesernya budaya lokal, dan minimnya peran masyarakat setempat dalam arus bisnis wisata. Tak hanya para ahli lingkungan, tetapi juga budayawan, tokoh masyarakat, dan pelaku bisnis menyuarakan kekhawatiran yang sama.

Bukan sekadar traveling, dalam praktiknya, ekowisata adalah soal bagaimana kita dapat menjelajah alam tanpa mengorbankan kelestariannya.

Nah, kalau kamu mau menjelajah alam Indonesia dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan, berikut 6 hal yang wajib kamu terapkan!

1. Bawa Pulang Sampahmu

Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih jadi masalah akut. Enggak kenal tempat, mulai dari pantai wisata seperti Tanjung Lesung hingga jalur pendakian Gunung Gede, masih banyak ditemukan botol plastik, sisa makanan, bahkan tisu basah di semak-semak. 

Padahal, menurut lembaga WWF, satu botol plastik bisa bertahan hingga 450 tahun di alam dan merusak lingkungan jika menumpuk.

Sebagai langkah konkret, kamu bisa mulai dengan membawa botol minum dan wadah makanan yang bisa digunakan ulang setiap kali bepergian. 

Sampah pribadi, termasuk sisa makanan atau bungkus plastik, dapat disimpan dalam dry bag sampai kamu menemukan tempat sampah yang layak. Untuk jenis sampah yang lebih sensitif seperti tisu atau pembalut, pastikan membungkusnya rapat dalam kantong tertutup dan membawanya pulang. 

Beberapa destinasi alam di Indonesia bahkan pun menerapkan aturan yang ketat. Di Pulau Rinca (Taman Nasional Komodo) misalnya, kamu wajib membawa plastik sampah dan kamu bisa didenda jika ketahuan meninggalkan sampah di area konservasi.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Kekayaan Alam Indonesia Lewat Taman Nasional

2. Pilih Destinasi yang Dikelola oleh Komunitas Lokal

Ekowisata adalah tentang redistribusi manfaat. Ketika sebuah destinasi dikelola  langsung oleh warga lokal, keuntungannya bisa mengalir langsung untuk pendidikan, konservasi, hingga infrastruktur daerah tersebut.

Mengutip Jaringan Desa Wisata (Jadesta) Kementerian Pariwisata RI, banyak desa wisata berbasis ekowisata yang layak kamu kunjungi, diantaranya:

  • Desa Pentingsari (DIY): Menggabungkan wisata alam dan budaya (musik gamelan, batik, agroforestri).
  • Desa Tangkahan (Sumatra Utara): Desa konservasi dengan wisata gajah Sumatera yang bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser
  • Desa Sembalun Lawang (NTB): Desa yang menawarkan wisata titik awal pendakian Gunung Rinjani yang juga punya wisata edukasi pertanian organik.
  • Desa Wae Rebo (NTT) – desa adat terpencil di pegunungan yang mempertahankan arsitektur tradisional dan ritual leluhur, serta membatasi jumlah wisatawan harian demi menjaga keseimbangan alam dan budaya.

Kamu juga bisa menjelajahi lokasi lain yang sejalan dengan prinsip ekowisata. Destinasi ini umumnya memiliki sertifikasi Desa Wisata, dikelola melalui BUMDes, atau memiliki afiliasi dengan program konservasi lingkungan dan budaya.

3. Bikin Perjalananmu Lebih Hemat Energi

Mungkin kamu enggak sadar bahwa setiap perjalanan yang kamu lakukan adalah bagian dari proses meninggalkan jejak karbon (carbon footprint).

Menurut Carbon Independent, satu penerbangan pesawat bisa menghasilkan sekitar 250 kg emisi karbon CO2 per jam penerbangan.

Karena itu, penting untuk mulai memikirkan ulang cara kamu berpindah tepat saat menjelajahi alam Indonesia. Sebisa mungkin, gunakan kereta api atau bus untuk perjalanan antarkota, lalu jelajahi desa wisata dengan berjalan kaki jika memang memungkinkan.

Selain lebih ramah lingkungan, cara ini juga memberimu kesempatan untuk lebih dekat dengan alam dan masyarakat lokal. Hindari juga kebiasaan “trip hopping” atau berpindah-pindah destinasi dalam waktu singkat.

Sebaliknya, fokuslah mengeksplor satu kawasan secara mendalam. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga memperkaya pengalaman dalam mengenal lokasi wisata yang kamu datangi.

4. Menginap di Eco-Lodge dan Homestay 

Penginapan adalah bagian penting dari ekowisata. Alih-alih memilih hotel besar yang seringkali menghasilkan limbah dalam jumlah besar, lebih baik kamu memilih akomodasi eco-lodge yang ramah lingkungan atau homestay yang memberdayakan warga sekitar.

Eco-lodge yang menggunakan sumber energi terbarukan seperti panel surya dan dikelola langsung oleh warga lokal bisa jadi salah satu pilihan hunian. 

Selain itu, homestay yang menggunakan produk lokal seperti makanan homemade dan furnitur serta memiliki program pelestarian lingkungan–misalnya penanaman pohon atau pengelolaan air bersih yang dikelola bersama, bisa jadi pilihan akomodasi yang menarik, lho!

Setelah mencari informasi di internet sebelum berkunjung, jangan sungkan untuk bertanya langsung pada pemilik atau pengelola tentang pengelolaan limbah, air, dan konsumsi energi.

5. Berinteraksi dengan Alam

Banyak yang mengira bahwa “berinteraksi dengan alam” berarti melakukan aktivitas seperti naik ATV ke hutan atau berenang di pantai yang terpencil. Padahal, keduanya termasuk kegiatan konstruktif karena berpotensi merusak. 

Kegiatan yang minim gangguan terhadap ekosistem justru jauh lebih berkesan dan bermakna, misalnya trekking di jalur yang dilengkapi edukasi tentang flora dan fauna, birdwatching di kawasan konservasi burung, snorkeling di perairan yang diawasi dengan pemandu bersertifikat.

Sebagai contoh, Taman Nasional Alas Purwo menyediakan jalur trekking di Savana Sadengan tanpa mengganggu habitat banteng liar yang dilindungi. Selain itu, ada juga wisata birdwatching di Taman Nasional Baluran, yang menjadi rumah bagi puluhan spesies burung endemik.

Aktivitas-aktivitas ini bukan hanya memberikan pengalaman autentik, tapi juga memperkuat kesadaranmu soal ekowisata yang benar.

Baca juga: 5 Etika Berwisata di Alam Indonesia yang Perlu Kamu Tahu

6. Jangan Korbankan Alam demi Konten

Rasanya, terlalu sering kita melihat wisatawan yang tanpa sadar justru merusak alam Indonesia demi konten. 

Dari memetik bunga edelweis di pegunungan, menginjak terumbu karang demi angle yang estetik, hingga memegang bayi penyu hanya untuk selfie, semuanya merupakan bentuk eksploitasi. 

Jika ingin memegang prinsip ekowisata, kamu perlu memahami dan menerapkan etika ngonten saat berada di alam terbuka. 

Hindari mengganggu hewan liar, bahkan untuk sekadar memberi makan, karena itu bisa mengubah perilaku alami mereka. Lalu, jangan nekat masuk ke area terlarang hanya demi mendapat pemandangan. Jangan pula menggunakan teknologi yang berpotensi merusak, misalnya menerbangkan drone dengan suara dan getarannya yang mengganggu.

Ekowisata sebagai Sarana Edukasi dan Refleksi

Ekowisata bukan soal hiburan dan pelarian dari kesibukan, melainkan suatu proses mengenal ulang hubungan dengan alam. Jadikanlah perjalananmu dalam menjelajah alam Indonesia sebagai momen untuk belajar dan refleksi.

Misalnya, ikut serta dalam tur edukatif yang membahas keanekaragaman hayati atau budaya lokal, mencari informasi di internet tentang ekosistem setempat sebelum berangkat, hingga mengajak orang lain berdiskusi tentang prinsip ekowisata.

Dengan begitu, setiap perjalanan akan jadi kesempatan untuk memberi dampak positif yang bermakna!

Melalui inisiatif Lokal Asri, Tribunnews dan Tribun Network mengajak kamu untuk menjadikan eksplorasi alam Indonesia bukan sekadar aktivitas rekreasi, tapi juga langkah nyata menuju pelestarian dan keberlanjutan lingkungan.

Ingin membaca lebih banyak cerita tentang keindahan alam Indonesia, destinasi ramah lingkungan, ekowisata, budaya lokal, dan praktik wisata berkelanjutan? Klik tautan ini dan jelajahi lebih jauh bersama Lokal Asri.

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved