Senin, 29 September 2025

Menghidupkan Kembali Rasa Tradisi di Tengah Gempuran Modernisasi Kuliner

Upaya untuk mempertahankan cita rasa kuliner tradisional Indonesia menjadi tantangan sekaligus panggilan untuk pelaku usaha kuliner

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
Dokumentasi Pondok Nusantara
KULINER TRADISIONAL - Bukan hanya soal mempertahankan resep warisan, melestarikan kuliner tradisional juga berarti menjaga identitas budaya yang terikat dalam setiap sajian—dari aroma, rasa, hingga nilai-nilai kebersamaan yang menyertainya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah derasnya arus globalisasi dan dominasi tren makanan cepat saji, upaya untuk mempertahankan cita rasa kuliner tradisional Indonesia menjadi tantangan sekaligus panggilan bagi sebagian pelaku usaha kuliner.

Bukan hanya soal mempertahankan resep warisan, melestarikan kuliner tradisional juga berarti menjaga identitas budaya yang terikat dalam setiap sajian—dari aroma, rasa, hingga nilai-nilai kebersamaan yang menyertainya.

Menurut pelaku usaha kuliner Dedy Tan, mempertahankan keaslian rasa tidak harus bertentangan dengan semangat modernisasi.

Banyak pelaku industri makanan yang kini mengadaptasi cara penyajian, desain tempat makan, hingga pengemasan tanpa harus mengubah esensi masakan tradisional itu sendiri.

“Masakan-masakan yang dulunya hanya ada di dapur mama atau nenek, kini bisa tampil lebih segar di restoran modern. Tapi yang penting, rasa dan nilai emosionalnya tetap utuh,” ujar Dedy seperti dikutip, Rabu (7/5/2025).

Tradisi yang Tetap Relevan

Fenomena ini tidak hanya menjadi tren, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap komersialisasi kuliner yang cenderung seragam.

Di tengah menjamurnya restoran bertema internasional, muncul pula gerakan untuk membumikan kembali masakan lokal—dengan pendekatan yang lebih kekinian.

Banyak pengusaha muda kini menjadikan resep keluarga sebagai titik awal membangun bisnis kuliner yang berakar kuat pada identitas.

Seperti cerita Dedy, yang bersama saudara-saudaranya mencoba menghidupkan kembali kenangan masa kecil melalui menu-menu khas rumahan seperti gurame goreng, kepiting berempah, dan sambal tradisional melalui Pondok Nusantara.

Tak sedikit pula yang mengadopsi konsep “rumahan” sebagai karakter utama restoran mereka.

Bukan sekadar menjual makanan, melainkan menyajikan pengalaman yang akrab dan membangkitkan nostalgia: makan bersama, berbagi cerita, dan merayakan kehangatan keluarga di meja makan.

“Nilai-nilai kebersamaan yang menyertai makanan itu penting. Karena makanan tidak hanya soal rasa, tapi juga tentang memori dan emosi,” jelas Dedy.

Dapur Keluarga sebagai Inspirasi Usaha

Bagi banyak orang, dapur keluarga adalah ruang pertama belajar tentang rasa, kerja keras, dan kasih sayang.

Tak heran jika sosok ibu, nenek, atau anggota keluarga lain yang pandai memasak menjadi sumber inspirasi dalam merintis usaha kuliner.

Resep-resep turun-temurun sering kali menjadi lebih dari sekadar formula memasak.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan