Sabtu, 4 Oktober 2025

Wisata Jateng

Menengok Kecantikan Batik Lasem, Perpaduan Persia dan Tiongkok

Beberapa motif batik yang dipengaruhi budaya Tiongkok mayoritas berbentuk binatang.

Editor: Mohamad Yoenus
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
Ngeblok atau menutup bagian kain menggunakan malam. 

Menurut Babad Lasem karangan Mpu Santri Badra di tahun 1401 Saka (1479 M), sejarah batik Lasem erat kaitannya dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho tahun 1413.

Di babad tersebut diceritakan, anak buah kapal yang ikut melaut bersama Cheng Ho, yakni Bi Nang Un bersama istri, Na Li Ni, memilih tinggal di Binag lantaran terpesona keindahan alam Jawa.

Dari keduanya, warga Lasem belajar batik dengan motif yang dikembangkan.

Batik Lasem
Meniriskan kain batik setelah melalui proses pewarnaan. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

"Motif batik Lasem dipengaruhi kebudayaan Persia dan Tiongkok karena dulu, Lasem menjadi tempat singgah kapal dari kedua negara tersebut," ungkap Sigit.

Pria yang memiliki nama Tionghoa Njo Tjoen Hian ini menyebutkan, beberapa motif batik yang dipengaruhi budaya Tiongkok mayoritas berbentuk binatang.

Meski begitu, masing-masing memiliki makna. Di antaranya, motif burung hong, naga, kupu kupu yang merupakan lambang cinta kasih, kelelawar yang menjadi simbol banyak rejeki, rusa yang melambangkan martabat, serta kura kura simbol panjang umur.

Tentu saja, motif ini berbeda dari motif batik di Solo dan Yogyakarta.

Sigit mengatakan, batik di kedua wilayah yang pernah menganut sistem pemerintahan kasultanan tersebut lebih banyak dipengaruhi Belanda.

"Itu sebabnya, motif batik di Solo dan Yogyakarta geometris. Sementara di Lasem, lebih bebas dan warnanya lebih cerah, seperti warna kesukaan orang Tiongkok," katanya.

Batik Lasem
Memilih batik Lasem. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)

Dalam perkembangannya, motif batik Lasem semakin kaya.

Untuk menunjukkan kedaerahan, batik Lasem memiliki tiga motif khas. Yakni, motif latohan, sekarjagad, dan kricakan.

Latohan merupakan buah atau tanaman menyerupai rumput laut yang biasanya dimasak penduduk Lasem sebagai urap.

Motif latohan sendiri berupa serangkaian buah berbentuk agak lonjong.

Sementara Kricakan atau watu pecah, terinspirasi dari pengerjaan jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 Km atau yang dikenal sebagai proyek Daendels.

Di proyek tersebut, kaum muda di Lasem diperintahkan menjadi pekerja penyedia batu pecahana.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved