Sleep Call Itu Romantis, Tapi Bisa Berisiko, Gangguan Kesehatan Ini Bisa Terjadi
Istilah sleep call belakangan ramai diperbincangkan, terutama di kalangan anak muda.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Istilah sleep call belakangan ramai diperbincangkan, terutama di kalangan anak muda.
Aktivitas ini identik dengan kebiasaan pasangan muda-mudi yang saling melakukan video call hingga tertidur.
Baca juga: Sleep Call Berujung KDRT di Bengkulu, Suami Hajar Istri saat Video Call dengan Pria Lain
Meski terdengar romantis dan penuh cinta, namun benarkah sleep call berdampak buruk bagi kesehatan?
Health Management Specialist Korporat HR Kompas Gramedia dr. Santi dilansir dari kanal YouTube Sonora FM, ungkap bahwa kebiasaan ini ternyata tidak selalu sehat.
Sleep call umumnya dilakukan pada malam hari hingga larut, bahkan bisa berlangsung sampai subuh.
Hal ini tentu memicu pertanyaan soal dampaknya terhadap kualitas dan durasi tidur.
Sleep call memang dilakukan sambil berbaring di tempat tidur, hingga akhirnya pasangan yang saling berbicara atau hanya saling menatap layar ponsel, tertidur bersama dalam panggilan video.
Dokter Santi menjelaskan, dalam tidur terdapat dua komponen penting, yakni kualitas dan kuantitas.
Ketika seseorang melakukan sleep call hingga larut malam, keduanya bisa terganggu.
“Dengan sleep call itu salah satu atau dua-dua dari komponen tidur ini bisa dikorbankan. Kalau kualitas bisa aja orangnya tidurnya jadi nggak terlalu nyenyak. Atau durasinya,” jelas dokter Santi dilansir dari kanal YouTube Sonora FM, Kamis (12/6/2025).
Kebiasaan tidur larut malam akan berdampak langsung pada kondisi tubuh keesokan harinya.
Tak hanya membuat tubuh kelelahan, kurang tidur juga bisa memengaruhi suasana hati.
Mereka yang mengalami gangguan tidur akan lebih mudah uring-uringan, mudah tersinggung, hingga sulit berkonsentrasi.
Selain itu, efek kurang tidur juga menjalar pada sistem metabolisme tubuh.
Salah satu hormon yang sangat terpengaruh adalah leptin, hormon yang bertugas memberi sinyal kenyang kepada tubuh.
“Kalau kita kurang tidur, yang namanya leptin nggak keluar-keluar. Yang namanya grelin keluarnya banyak. Jadi kita rasanya lapar mulu,” terang dokter Santi.
Akibatnya, orang yang sering begadang akan merasa lapar terus-menerus dan cenderung mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam.
Bukan salad atau sayur, justru makanan seperti keripik, gorengan, hingga burger jadi pilihan utama.
Ini bisa menjelaskan kenapa berat badan bisa naik meski tidak merasa makan berlebihan.
Fenomena sleep call pada dasarnya tidak sepenuhnya berbahaya jika dilakukan dengan bijak.
Misalnya, jika pasangan tidur lebih awal dan hanya saling berbincang sebentar sebelum tertidur, tentu risikonya lebih kecil.
Namun, kebiasaan begadang hanya demi menemani pasangan hingga pagi jelas bukan langkah yang sehat.
“Ya ujung-ujungnya kan masuk serotonin ya, karena kita happy lihat pasangan. Tapi kan di keesokan harinya itu badan akan rusak kan. Hormon-hormon kacau,” ujarnya.
Akhirnya, segala kebahagiaan semu dari sleep call itu bisa berbalik menjadi masalah kesehatan jika tidak diatur dengan baik.
Oleh karena itu, dokter menyarankan agar kebiasaan ini dilakukan secukupnya dan tetap memprioritaskan waktu tidur yang cukup dan berkualitas.
Romansa boleh, tapi jangan sampai mengorbankan kesehatan tubuh.
Karena tidur yang terganggu tak hanya berdampak pada hari esok, namun juga pada jangka panjang kesehatan fisik dan mental.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.