Jumat, 3 Oktober 2025

Gerhana Bulan

Pandangan Islam tentang Gerhana Bulan Hingga Turun Anjuran Salat Nabi Muhammad

Gerhana adalah sumber bencana dan malapetaka. Dalam perspektif sekarang, kita dapat mengatakan bahwa pandangan tersebut bersifat primitif.

Editor: Johnson Simanjuntak
Shutterstock
Blood moon yang terjadi pada tahun 2011 

Ia adalah fenomena alam “biasa”, yang semestinya membangkitkan kesadaran religius dan spiritual seseorang. Ia semestinya mengingatkan manusia pada kemahaagungan Tuhan: Robbanâ mâ khalaqta hâdzâ bâthilan, ‘Tuhan kami, tak sia-sia Kau ciptakan (gerhana) ini’.

Pandangan itu sebenarnya mengandung konsekuensi keilmuan, yakni keharusan memahami fenomena alam secara empiris untuk memperoleh pemahaman sebaik mungkin tentang fenomena alam itu sendiri. Semakin baik pemahaman kita tentang alam akan semakin baik pula penghayatan religius dan spiritual kita tentang gerhana.

Dalam kaitan itu, penelitian-penelitian astronomi semestinya digalakkan di dunia Islam sebagaimana pernah dicapai para ilmuwan Muslim di abad ke-8 dan seterusnya, yang sayangnya mengalami kemandegan seiring dengan kemunduran Islam dalam berbagai aspeknya.

Perkembangan sains jelas sangat membantu kita dalam memahami dan menghayati gerhana sebagai tanda keagungan Tuhan.

Yang tak kalah penting, Nabi Muhammad juga menganjurkan umat Islam untuk bersedekah dan memerdekakan budak saat terjadi gerhana. Inilah dimensi sosial dan kemanusiaan gerhana.

Konsekuensi dari kesadaran religius dan spiritual yang dibangkitkan oleh gerhana adalah munculnya kesadaran sosial dan semangat kemanusiaan.

Kesadaran spiritual pada akhirnya  harus memancarkan solidaritas sosial, sekecil apa pun. Persis seperti pengalaman Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad: setelah mencapai puncak pengalaman spiritual, Nabi Muhammad kembali ke bumi untuk menjalankan tanggung jawab sosial-religiusnya secara konkret.

Sejauh ini tampaknya umat Islam lebih fokus pada segi religius dan spiritual gerhana. Setiap menyambut gerhana, baik gerhana matahari maupun bulan, anjuran salat gerhana beredar cukup luas.

Dan salat gerhana pun dilaksanakan di mana-mana. Tetapi sementara itu nyaris tak terdengar umat Islam sibuk mendistribusikan sedekah atau melakukan kegiatan sosial membantu orang-orang yang kurang beruntung.

Dalam arti itu, umat Islam baru menekankan segi religius dan spiritual gerhana, tetapi masih mengabaikan segi sosial gerhana itu sendiri sebagaimana dianjurkan Nabi Muhammad.(Fahrizal Fahmi Daulay)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved