Berita Viral
Tak Hanya Diusir, Yai Mim Juga Diteror Sahara cs: Sajadah Rp48 Juta Dibakar hingga Disantet
Dosen Filsafat Yai Mim mengaku tidak hanya diusir oleh tetangganya pemilik rental mobil, Nurul Sahara, tetapi juga diteror.
TRIBUNNEWS.COM - Dosen Filsafat Muhammad Imam Muslimin alias Yai Mim mengaku tidak hanya diusir oleh tetangganya pemilik rental mobil, Nurul Sahara, tetapi juga diteror.
Yai Mim diusir dari rumahnya di Perumahan Joyogrand Kavling Depag III, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, pada 22 September 2025.
Semasa masih tinggal di sana, Yai Mim mengaku kerap mendapat teror dari pihak Sahara.
Teror yang diterima Yai Mim pun beragam, mulai dari rumahnya ditaruhi kotoran manusia, sajadahnya dibakar, hingga disantet.
"Saya terus diteror, tiap malam itu ada kotoran manusia (di rumah)," kata Yai Mim, dikutip dari YouTube Cumicumi, Jumat (3/10/2025).
Yai Mim juga mengaku bahwa sajadahnya yang seharga Rp48 juta dibakar oleh suami Nurul Sahara, Sofyan.
"Ditambah lagi dengan pembakaran sajadah saya. Yang membakar siapa? Ditunjukkan oleh auditor Irjen Kemenag, gambarnya itu di situ ada Pak Sofyan (suami Sahara)," kata Yai Mim.
"Padahal sajadah itu sajadah istri saya. Limited, hanya diproduk 12 barang. Sajadah itu ciri khasnya, kena rokok dikit langsung hilang. Empuk sekali. Hanya diproduk 12. Itu harganya Rp48 juta," jelasnya.
Baca juga: Silsilah Keluarga Yai Mim, Dosen Filsafat yang Berseteru dengan Sahara, Ternyata Saudara Gus Iqdam
Tidak berhenti di situ, Yai Mim juga mendapat teror santet yang dilakukan oleh Sumaryono, pemilik rumah yang ditempati oleh Nurul Sahara.
"Ada teror santet yang dilakukan oleh Pak Sumaryono, pemilik rumah yang dikontrak oleh Pak Sofyan. Rumah sekarang itu milik Sahara berdasarkan keterangan Pak Yono," katanya.
Alih-alih menerima santet yang dilakukan oleh Sumaryono, Yai Mim justru berdrama seolah santet yang dilakukan oleh Sumaryono berhasil.
Ia berpura-pura mengalami sakit stroke saat disantet oleh Sumaryono.
"Pak Yono ini juga yang ahli ilmu santet. Dia nyantet saya pakai tanah punden. 'Lailahaillallah, ini hukuman bagi amin.' Jadi keliru yang disantet mestinya Yai Mim, bunyinya amin," tuturnya.
"Saya nggak kena, makanya saya pura-pura kena, maka ketika mediasi saya bilang 'Pak Yono tolong diobati, saya stroke.' Itu gaya saya memecah konsentrasi Pak Yono supaya tidak melakukan praktik santet," imbuhnya.
Selain itu, Yai Mim juga menyebut bahwa di rumahnya tercium bau bangkai yang tak kunjung hilang selama 10 hari.
Saat menelusurinya, Yai Mim menemukan daging sapi yang sudah membusuk.
Ia pun membakar daging sapi yang busuk tersebut.
"Besoknya ada bau bangkai, sampai seminggu lebih, hampir 10 hari saya nggak nemu," kata dia.
"Saya babati, saya itu nggak punya rasa takut, santet itu nggak ada. Ini doktor kok. Sahara ini mahasiswa S3 doktor UB (Universitas Brawijaya), universitas ternama, kok mahasiswanya main dukun dan santet."
"Daging sapi yang sudah sangat membusuk di situ saya temukan. Baunya itu tiap sepanjang 24 jam. Saya bakar udah hilang," paparnya.
Awal mula perseteruan Yai Mim dengan tetangganya bermula dari lahan parkir.
Perseteruan bermula karena Sahara memakirkan mobil rentalnya tepat di depan pagar rumah Yai Mim, di Kota Malang, Jawa Timur.
Akar masalah yang membuat Yai Mim tidak terima adalah lahan pribadi yang diwakafkan istrinya untuk jalan umum, justru dipakai untuk tempat parkir kendaraan milik Sahara yang merupakan pengusaha rental hingga sampai depan rumahnya.
Yai Mim mengunggah video memperlihatkan mobil rental milik Sahara parkir di depan rumahnya.
Baca juga: Alasan Ilmiah di Balik Viralnya Drama Stroke Yai Mim dan Tersungkur saat Konflik dengan Sahara
Padahal terlihat di sekitarnya masih banyak lahan yang kosong.
Yai Mim menilai karena hal tersebut dirinya menjadi kesulitan untuk masuk dan keluar dari rumahnya sendiri.
Ia lalu memasang tulisan di pagarnya 'Mohon Tidak Parkir di Depan Pintu".
Akan tetapi Sahara mengabaikan peringatan tersebut.
Keributan pun tak terhindarkan hingga saat ini.
Yai Mim dapat dukungan dari netizen
Yai Mim yang mulanya dikecam kini berbalik mendapat dukungan luas masyarakat.
Ia awalnya terpojok, terasing, dna di-bully hingga mendapat stigma negatif.
Puncaknya, tidak ada mahasiswa yang mau dia ajar lagi saat ia hendak mengajar di sebuah kelas di UIN Malang.
Sampai ia memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai pengajar di kampus.
Tanpa ia membuat banyak pembelaan, Yai Mim kini bersyukur karena pandangan publik kini berbalik.
Mereka yang tadinya mengecam tindakannya akibat termakan narasi di medsos, kini berbalik mendukungnya.
"Kami berbahagia karena simpati netizen yang membalik dukungan," ujarnya.
Dukungan netizen ini menjadi energi baru baginya untuk lebih berani memperjuangkan haknya.
Yai Mim juga merasa tidak sendiri lagi dalam menghadapi kasus ini.
(Tribunnews.com/Rakli)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.