Petugas Beri Makan Minum Santri yang Terjebak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Bisa Bertahan 72 Jam
Petugas memberikan makan dan minum kepada enam korban yang terjebak reruntuhan melalui celah bangunan, agar kondisi mereka tetap terjaga.
TRIBUNNEWS.COM - Masih ada sejumlah santri yang terjebak di reruntuhan musala Pondok pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Upaya penyelamatan pun terus dilakukan hingga kini. Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan masih ada 91 korban yang diduga tertimbun reruntuhan.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengonformasi hal tersebut berdasarkan data dari absensi santri.
Pada Selasa (30/9/2025) malam, tim SAR gabungan juga mendeteksi ada sekitar enam orang korban yang masih bertahan hidup di salah satu segmen reruntuhan.
Petugas kemudian memberikan makan dan minum kepada enam korban itu melalui celah bangunan, agar kondisi mereka tetap terjaga.
“Melalui celah yang ada, petugas telah menyalurkan makanan dan minuman untuk menjaga kondisi para korban,” kata Abdul, Selasa, dikutip dari TribunJatim.com.
Evakuasi masih terus dilakukan, para korban sebagian masih hidup, tetapi terperangkap di antara reruntuhan, sebagian lainnya sudah meninggal dunia.
“Jumlahnya ada beberapa. Termasuk ada yang masih bisa diajak komunikasi. Bisa minum dan makan ketika kami berikan. Tapi belum bisa dievakuasi,” ungkap Nanang Sigit, SAR Mission Coordinator (SMC), dilansir Surya.co.id.
Nanang mengatakan korban tidak bisa ditarik atau dievakuasi karena pinggangnya terhimpit beton.
Beberapa korban lain yang masih hidup di bawah reruntuhan masih menunjukkan reaksi saat petugas SAR menggunakan teknologi scan, ada yang menggerakkan kakinya atau menggerakkan bagian tubuh lain yang bisa dilakukan.
“Mereka merespons. Ada dengan menggerakkan kakinya. Artinya, kami melihat masih ada tanda-tanda kehidupan di sana (di bawah reruntuhan bangunan),” ujar Nanang.
Baca juga: 3 Hari Berlalu, 91 Orang Diduga Masih Terjebak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Oleh karena itu, Nanang menegaskan sejauh ini pihaknya tidak merekomendasikan untuk evakuasi dengan alat berat karena dikhawatirkan terjadi hal-hal tidak diinginkan kepada para korban yang masih selamat itu.
Selain itu, juga demi keamanan petugas yang sedang melakukan pencarian di lokasi.
“Kami berusaha membuat lubang dari bawah supaya bisa sampai ke para korban dan bisa menjadi jalan untuk mengevakuasi mereka,” kata Nanang.
Nanang menjelaskan proses evakuasi berjalan 24 jam. Personel gabungan dibagi menjadi beberapa tim dna setiap tim bekerja selama 3 jam, dengan terus bergantian.
Nanang juga mengatakan kendala utama dalam proses evakuasi adalah kondisi struktur bangunan yang rapuh, serta tumpukan material beton yang menyulitkan pergerakan tim.
Meski demikian, operasi penyelamatan terus dilanjutkan dengan dukungan penuh berbagai unsur SAR.
Korban Hidup di Bawah Reruntuhan Bisa Bertahan 72 Jam Lebih
Sejauh ini ada sekitar 15 titik korban terdeteksi di bawah reruntuhan ponpes tersebut, dipastikan sebagian mereka masih hidup.
Bahkan, beberapa korban terus bisa berkomunikasi dengan tim SAR yang berusaha menolongnya. Namun, belum bisa dievakuasi lantaran masih terjepit reruntuhan beton.
Menurut Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi, saat ini para korban dengan status kesadaran merah (korban yang masih bisa berkomunikasi) memungkinkan untuk bertahan lebih dari batas waktu krusial 72 jam setelah kejadian asalkan mendapatkan makan dan minum.
"Tim dapat mencapai korban melalui celah-celah di bawah reruntuhan. Selama mendapatkan suplai makan minum serta infus, maka memungkinkan korban dapat bertahan lebih lama alias lebih dari batas waktu krusial 72 jam," kata Syafii di sela memantau jalannya evakuasi, Rabu (1/10/2025), dikutip dari Surya.co.id.
Kondisi para korban sejauh ini masih memberikan tanda-tanda kehidupan, serta mendapatkan suplai oksigen, makan minum, hingga infus dan vitamin serta obat-obatan dari petugas.
Dalam operasi SAR ini, Syafii mengatakan pihaknya akan terus memprioritaskan para korban dengan status kesadaran merah untuk terus mendapatkan suplai-suplai vital tersebut, sembari menanti upaya tim SAR gabungan untuk menembus reruntuhan.
Personel yang hadir dalam proses evakuasi kali ini berjumlah 379 personel yang berasal dari 65 instansi berbeda.
Menurut Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Basarnas, Emi Freezer, sampai hari ketiga pencarian, tim penyelamatan gabungan menemukan 15 titik korban di bawah reruntuhan bangunan.
Dari 15 titik tersebut, delapan korban di antaranya dalam tingkat kesadaran warna hitam alias tidak bisa berkomunikasi.
Sementara tujuh lainnya berada di tingkat kesadaran merah atau masih bisa berkomunikasi dengan petugas.
Freezer menyebut bahwa hingga kini tim penyelamatan gabungan telah berhasil mengevakuasi 11 korban dari bawah reruntuhan. Dari 11 korban tersebut tiga diantaranya meninggal dunia.
(Tribunnews.com/Rifqah) (TribunJatim.com/Arie) (Surya.co.id/M Taufik)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.