Sabtu, 4 Oktober 2025

Erupsi Gunung Merapi

Gunung Merapi Erupsi Pagi Buta, Lava dan Awan Panas Ancam Sungai di Lereng Selatan-Tenggara

Merapi luncurkan awan panas 1 km ke Kali Putih. Status Siaga, warga diminta waspada dan hindari zona potensi bahaya.

|
Editor: Glery Lazuardi
Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga
GUNUNG MERAPI - Gunung Merapi luncurkan awan panas sejauh 1 km ke Kali Putih. Status Siaga, warga diminta menjauhi zona bahaya. 

TRIBUNNEWS.COM - Gunung Merapi menunjukkan aktivitas tektonik pada Rabu (1/10/2025) pagi.

Aktivitas tektonik gunung berapi adalah proses geologi yang terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik di bawah permukaan bumi, yang memicu terbentuknya dan meletusnya gunung berapi.

Indonesia termasuk wilayah yang sangat aktif secara tektonik karena berada di pertemuan tiga lempeng besar: Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Maka tak heran, banyak gunung berapi aktif seperti Merapi, Semeru, dan Sinabung.

Badan Geologi menyampaikan Gunung Merapi meluncurkan guguran awan panas sejauh 1000 meter ke arah Kali Putih dengan amplitudo max 29 mm dengan durasi 92,5 detik pada Rabu pukul 05.53 WIB.

"Kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi pagi ini 01/10/25 pukul 05:53 WIB mengarah ke hulu Kali Putih jarak luncur 1000 m dengan Amplitudo max 29 mm durasi 92,5 detik. Tingkat aktivitas SIAGA (Level 3). Tetap patuhi rekomendasi,"tulis akun Badan Geologi dalam unggahannya yang dikutip Tribun Jogja, Rabu (1/10/2025).

Sementara itu hingga saat ini, Gunung Merapi masih berstatus Siaga atau level III.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. 

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

Untuk itu, masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Selain itu, masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awanpanas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Termasuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi

Sejarah Letusan Gunung Merapi

Gunung Merapi adalah gunung api paling aktif di Indonesia, terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Letusannya tercatat sejak abad ke-18 dan terus berulang secara periodik.

Letusan Besar yang Tercatat:

1768, 1822, 1849, 1872 

Letusan eksplosif dengan awan panas mencapai 20 km, menyebabkan kerusakan besar di wilayah Mataram Kuno.

1930 

Menewaskan lebih dari 1.300 orang, menghancurkan desa-desa di lereng gunung.

1994 

Awan panas meluncur sejauh 6,5 km, menewaskan sekitar 60 orang dan memaksa ribuan warga mengungsi.

2006 

Letusan berdekatan dengan gempa Yogyakarta, memperparah dampak bencana.

2010 

Letusan terdahsyat dalam satu abad terakhir.

VEI (Volcanic Explosivity Index): 4

Korban jiwa: 353 orang, termasuk juru kunci Mbah Maridjan

Pengungsi: >400.000 jiwa

Kolom abu: hingga 18 km

Kerugian: ditaksir mencapai Rp5 triliun.

2018–2023 

Aktivitas efusif dan eksplosif terus terjadi, dengan pemantauan intensif menggunakan teknologi drone, CCTV termal, dan sensor InSAR.

Posko Evakuasi dan Mitigasi

Dalam setiap fase erupsi, pemerintah dan lembaga terkait seperti BPBD, TNI, Polri, dan relawan mendirikan posko evakuasi di berbagai titik aman.

Lokasi Posko Evakuasi Umum:

Barak pengungsian di Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali

Gedung sekolah, balai desa, dan masjid dijadikan tempat penampungan sementara

Posko kesehatan, dapur umum, dan logistik disediakan oleh BNPB dan PMI

Zona aman ditentukan berdasarkan radius bahaya Merapi (biasanya 5–10 km dari puncak)

Sistem Pemantauan:

Pos Pengamatan Gunung Merapi (PPGM) tersebar di beberapa titik lereng gunung

Pemantauan 24 jam oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

Informasi status gunung disampaikan melalui sirine, radio komunitas, dan media sosial

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved